Tagar ‘All Eyes on Gate 13 Stadion Kanjuruhan’ Banjir di Media Sosial
- Dok. Istimewa
Malang, VIVA – Seruan dan tagar 'All Eyes on Gate 13 Stadion Kanjuruhan' menyita perhatian publik usai viral di media sosial. Tagar ini serupa dengan gerakan kemanusiaan terhadap Rafah hingga Papua sebelumnya.
Tagar All Eyes on Gate 13 menjadi populer sebagai bentuk dukungan publik terhadap keluarga korban Tragedi Kanjuruhan yang tengah memperjuangkan keadilan. Terbaru, keluarga korban tidak terima dengan aksi pembongkaran gate 13 Stadion Kanjuruhan pada 21 Juli 2024.
Selama ini, Gate 13 Kanjuruhan menjadi tempat memorabilia bagi keluarga korban, sekaligus tempat melayangkan doa untuk korban Tragedi Kanjuruhan. Sekitar 40 persen korban meregang nyawa di Gate 13. Tragedi yang terjadi 1 Oktober 2022 silam ini, menewaskan 135 orang, puluhan di antaranya merupakan anak-anak.
Keinginan keluarga korban untuk tetap menjaga TKP tragedi Kanjuruhan sebelumnya sudah disepakati pada 28 Mei 2024. Saat itu, Polres Malang juga telah memfasilitasi audiensi rencana renovasi stadion Kanjuruhan yang dihadiri PT Waskita dan Yayasan Keadilan Tragedi Kanjuruhan (YKTK).
Pembongkaran ini tak ayal langsung mendapatkan respon dari berbagai pihak yang mengawal kasus ini, diantaranya Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan (TATAK), LBH, Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), hingga Forum Arema Kampus (FAK) Indonesia.
Mereka menilai bahwa tindakan pembongkaran Gate 13 ini menunjukkan negara abai terhadap keadilan dan suara korban serta keluarga. Apalagi berbagai upaya hukum yang dilakukan selama ini bisa dikatakan menemui jalan buntu.
"Hingga kini laporan-laporan kami tidak ada tanggapan dari pihak-pihak terkait, hingga pembongkaran pintu 13 Stadion Kanjuruhan secara sepihak ini terjadi," ungkap Ketua Tim TATAK, Imam Hidayat.
Kini, keluarga korban mendesak pemerintah serta pelaksana proyek menghentikan renovasi Stadion Kanjuruhan. Dia menduga ada upaya terselubung di balik penghancuran Gate 13 Stadion Kanjuruhan.