Belajar Dari Tragedi Kanjuruhan Jurnalis Ikut Latihan Kegawatdaruratan

Jurnalis belajar teknik dasar pertolongan pertama
Sumber :
  • Viva Malang

Direktur IHC RS Lavalette, Mariani Indahri berharap hasil pelatihan pertolongan pertama untuk wartawan diterapkan ketika berada dalam kondisi gawat darurat. Teknik pertolongan itu untuk penanganan pasien yang membutuhkan penanganan medis dini seperti pada kasus henti jantung. Sebab, profesi wartawan ini bersinggungan dengan kegawatdaruratan.

Ajukan Tambahan Disporapar Ingin 39 Venue Cabor Porprov Tanding di Kota Malang

"Teknik pertolongan pertama ini perlu dipelajari karena tidak menutup kemungkinan terjadi di mana saja. Lavalette berkomitmen akan terus suport layanan kesehatan lainya, yang merupakan langkah preventif dan terlatih menanggulangi kegawatdaruratan," tutur Mariani. 

Sementara itu, pemateri pelatihan dr Novita Apramadha, memperkenalkan istilah time saving is life saving. Istilah itu merujuk pada makna semakin cepat waktu merespon kejadian gawat darurat, semakin besar kesempatan untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Indonesia U23 vs Australia U23, Menanti Kelanjutan Magis Shin Tae-yong di Piala Asia U23 2024

Salah satu teknik yang cukup umum ialah kompresi dan dekompresi. Kompresi adalah memberikan tekanan di dada pasien. Kompresi dada diberikan dengan syarat dilakukan secara benar, yakni kedalaman tekanan sekitar 5 centimeter. Ritmenya 100 sampai 120 kali per menit, tanpa interupsi. Sementara dekompresi adalah melepaskan tekanan pada dada pasien. Ritmenya sama dengan kompresi, pun tanpa interupsi.

"Kekurangan oksigen antara 3 sampai 8 menit akan mempengaruhi otak. Tindakan cepat yang tepat bisa menyelamatkan itu. Kompresi dilakukan dengn harapan darah yang tersisa dan mengandung oksigen bisa terbantu ke otak. Sedangkan dekompresi dihatapkan darah mengisi area jantung," kata Novita.

Terlibat Kecelakaan saat Berangkat Kerja, Wanita di Jombang Tewas di Jalan