Kisah Irul Nyalakan Literasi di Pelosok Desa hingga Sukses Berdayakan Warga
- Republik Gubuk
“Kalau dulu pertama kali, anak mudanya yang lihat cuek, lalu penasaran dan berempati, kemudian mau diajak berembuk, gotong royong membangun gubuk untuk membaca,” ungkap Irul.
Gubuk baca dibuat sebagai ruang sederhana dengan sedikit koleksi buku dan permainan. Gubuk baca menjadi wadah berkumpulnya pemuda dan anak-anak. Irul juga awalnya mengharapkan agar ruang untuk anak-anak dan pemuda itu berhasil memberi manfaat dengan mengangkat daya literasi.
Seakan ingin menepis stigma orang-orang kampung di Sukolilo yang terlihat ‘sangar’ atau ‘kurang baik’ dipandang sebelah mata, Irul dengan Komunitas GBLN perlahan mampu mengubah mindset warga Desa.
Kampung tempat Irul berada sebelumnya juga dikenal dengan banyaknya preman, maling, dan stigma negatif lain yang mengikuti. Hal tersebut berupaya terus digerus melalui banyak cara yang unik.
Beranggotakan sekitar 20 orang yang Irul kumpulkan sebagai pencetus utama, komunitas ini berupaya memberikan pendidikan karakter kepada adik-adik yang datang ke gubuk baca. Banyak juga ilmu-ilmu tentang kehidupan lainnya. Uniknya, cara penyampaiannya bisa dari apa saja.
Salah satunya melalui permainan/budaya tradisional, seperti bermain egrang, sepak bola lumpur, tari sufi, tari topeng malangan, sampai sekolah di alam.