Kisah Irul Nyalakan Literasi di Pelosok Desa hingga Sukses Berdayakan Warga

Nyala literasi dari KBA Sukolilo Malang
Sumber :
  • Republik Gubuk

Lambat laun, warga setempat mulai merasakan dampak positif dari adanya gubuk baca ini, khususnya bagi anak-anak mereka. Banyak anak-anak di Desa Sukolilo yang minim akan pengetahuan. Adanya gubuk baca ini menjadi sarana edukasi & sharing antara para relawan GBLN kepada bocah-bocah setempat.

Dharma Sucipto, Menjawab Kekhawatiran Orang Tua Lewat Jajanan Sehat

Irul terus mengedukasikan keyakinannya bahwa dari gerakan gemar membaca yang diwadahi dalam Gubuk Baca itu merupakan ikhwal pintu gerbang membuka cakrawala wawasan. Bagi komunitasnya, membaca bukan hanya buku, tapi ‘membaca’ situasi kondisi juga termasuk membaca. 

Ia juga merencanakan Gubuk Baca ini sebagai kawah Candradimuka, yang menggembleng para pemuda menjadi leader dan agen perubahan.

Penebar Semangat Bertani Organik ke Generasi Milenial

Seiring berjalan, gubuk baca ternyata melahirkan segudang manfaat. Di antaranya anak-anak kampung menjadi berkutat di gubuk, tanpa harus keluyuran kemana-mana. Para pemuda mengasuh adik-adiknya, menjadikan mereka minim terpapar hal-hal negatif yang merusak.

“Para pemuda mau pacaran, atau mau mabuk-mabukan jadi segan, karena ada anak-anak kecil di dekat mereka. Pemabuk desa pun menjadi berkurang. Di samping itu para pemuda kalau malam kumpul juga disitu, hingga maling mau nyuri enggan,” jelas Irul.

Meramu Motif Ikonik Kota, Gigih Berdayakan Kaum Muda

Lantaran mulai awal ia menekankan pembangunan Gubuk Baca harus atas dasar kesadaran bersama, dan harus didasari pula dengan semangat gotong royong warga kampung sekitar, maka rasa memiliki Gubuk Baca ini sangat tinggi.

Irul yang awalnya berjuang sendiri, meyakinkan program komunitasnya sangat baik untuk kebaikan ke depan. Lantas kemudian memberi pendampingan dari titik nol.

Halaman Selanjutnya
img_title