2 Profesor Baru FEB UMM Dikukuhkan

Pengukuhan 2 guru besar FEB UMM
Sumber :
  • Humas UMM

Malang, VIVA – Dua guru besar dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang dikukuhkan sebagai profesor pada Sabtu, 18 Mei 2024. Mereka adalah Prof. Dr. Idah Zuhroh, M.M. dan Prof. Dr. Widayat, MM.

Gambaran Koalisi Mulai Terbentuk, Diprediksi Ada 3 Poros Kuat

Dalam orasi ilmiah yang disampaikan. Keduanya tidak hanya berfokus pada ilmu eknomi dan manajemen pemasaran saja, tapi juga berkaitan dengan sustainable development goals (SDGs).

Prof Idah Zuhroh yang membahas ekstentifikasi peran perbankan syariah dalam mendorong ketercapaian SDGs. Ada pendekatan multilayer dan penguatan regulasi berbasis intersectoral. Menurutnya, peran perbankan syariah dalam mendorong pembangunan berkelanjutan menjadi semakin penting, karena dapat menjadi pemain kunci dalam memobilisasi dana untuk proyek-proyek yang mendukung SDGs.

Daftar Prodi Teknik Elektronika Vokasi UMM, Pilihan Tepat Jadi Profesional Sejak Awal Kuliah

“Hal itu menunjukkan bahwa sektor keuangan, terutama perbankan syariah, memiliki peran penting dalam memberikan kontribusi nyata terhadap tujuan-tujuan pembangunan global dan SDGs,” kata Idah. 

Idah juga membahas tentang konsep pembiayaan syariah multilayer. Konsep ini diilhami oleh anatomi bangunan gedung, yang terdiri dari pondasi, pedestal, dan pilar. Pondasi terdiri dari kerangka regulasi yang matang, komitmen yang kuat, dan infrastruktur keuangan yang memadai. 

UMM Borong Juara di Anugerah Humas Diktiristek Jatim

Tiga elemen pondasi tersebut menjadi penopang bagi lima pilar utama. Di antaranya diversifikasi produk dan pembiayaan, pengembangan kapasitas SDM, manajemen risiko dan kepatuhan syariah, kecukupan modal, serta literasi dan adopsi keuangan syariah.

Penguatan kebijakan intersektoral yang diimplementasikan melalui kolaborasi berbasis inovasi terbuka juga penting. Kerja sama lintas sektor dan inovasi terbuka adalah kunci utama keberhasilan dalam meningkatkan peran intermediasi perbankan syariah, yang pada gilirannya membantu meningkatkan pencapaian SDGs.

Sedangkan Prof Widayat mengkaji tentang cara membangun gaya hidup seimbang dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan holistik lebih baik. Ia menjelaskan bahwa isu-isu mengenai green economy, green marketing, responsible production and consumption, yang merupakan pilar SDGs, menyisakan pekerjaan rumah yang menarik. Maka, menciptakan gaya hidup seimbang dan berkelanjutan sangat penting. 

Menurutnya, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan dan ukuran ekonomi lainnya. Kondisi sosial dan lingkungan menentukan kesejahteraan dan kebahagiaan. 

“Meningkatkan kesejahteraan, dapat ditempuh tidak hanya dengan meningkatkan pendapatan, namun juga perlu diimbangi peningkatan kualitas lingkungan, dimana mereka bekerja dan hidup. Bahkan problem-problem sosial, seperti budaya hidup tidak sehat, persoalan kesemrawutan transformasi, dan kondisi lingkungan fisik yang buruk berkontribusi kuat terhadapa kesejahteraan. Pun dengan polusi udara, pencermaran lingkungan, persoalan sampah, dan lain-lain,” ujar Widayat.

Widayat mengatakan, untuk menciptakan kondisi lingkungan sosial yang baik dan membentuk kebiasaan berperilaku amar ma’ruf serta anti mungkar, bisa dilakukan dengan dakwah terintegratif. Adapun social marketing juga bisa dilakukan dengan pendekatan yang mengadopsi prinsip- prinsip conventional marketing, yang lebih relevan terhadap problem sosial dan lingkungan. Apalagi jika dibandingkan dengan pendekatan tradisional seperti pemberlakukan denda, hukuman atau sekedar kampanye sosial. 

Sementara itu, Rektor UMM Prof Nazaruddin Malik, memberikan selamat pada kedua gubes baru. Menurutnya, topik yang dipilih keduanya sangat menarik karena membahas SDGs dari aspek ekonomi. Nazar mengatakan, salah satu tantangan besar Indonesia adalah menyelesaikan kesenjangan sosial. Apalagi melihat jumlah pengangguran usia 15 hingga 27 tahun yang mencapai 9,9 juta jiwa di Indonesia. 

“Apabila tidak diselesaikan, maka itu bisa memicu fenomena semkain melebarnya kesenjangan sosial di masa depan. Bahkan juga mereduksi stabilitas ekonomi dan politik secara nasional,” ujar Nazaruddin.  

Nazaruddin menilai orasi kedua guru besar UMM memberikan isyarat bahwa kajian eknomi tentang wellfare economic yang termodifikasi menjadi kajian dan gerakan, harus didorong. Hingga akhrinya mampu mengakhiri kesenjangan sosial. 

Selain itu, Nazaruddin menegaskan bahwa sebagai universitas, UMM selalu diharapkan untuk memberikan kontribusi bagi pendidikan dan perkembangan masyarakat. Berupaya mneyediakan pendidikan yang lebih baik, beasiswa, bantuan sosial, dan upaya kesejahteraan lainnya. 

“Sampai saat ini, UMM telah memiliki 62 gubes, Mudah-mudahan kita bisa mencapai 80 sampai 90 guru besar baru di tahun ini. Dengan demikian, Kampus Putih bisa berdedikasi memberikan layanan pendidikan yang lebih responsif dna berkualitas, semata-mata untuk pengabdian pada Allah,” tutur Nazaruddin.