Program Makan Siang Gratis Harus Perhatikan Gizi

Dosen Fakultas Kedokteran UMM, Gita Sekar Prihanti
Sumber :
  • Dok Humas UMM

Tantangan lain yang disoroti adalah kebutuhan penghitungan kalori yang sesuai dengan kondisi anak. Ia menjelaskan, bahwa setiap anak memiliki kebutuhan kalori berbeda berdasarkan berat badan dan usia. 

Prospek Masa Depan Cerah, Lulusan Agribisnis UMM Berpeluang Kerja di Industri hingga Wirausaha

Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi dengan tepat, maka bisa berdampak buruk, seperti obesitas atau kekurangan gizi. Asupan gizi yang baik disebut sangat krusial, terutama dalam periode emas 1.000 hari pertama kehidupan. Namun, masalah gizi terus berlanjut pada tahap usia sekolah, di mana anak sering kali mulai memilih-milih makanan. 

“Namun, tidak hanya kualitas gizi yang menjadi perhatian tetapi juga higienitas makanan. Kalau higienitas makanan tidak diperhatikan, bisa menimbulkan masalah baru seperti diare. Ini malah memperburuk stunting," tutur Gita. 

Indonesia Penonton Terbanyak Se-Asean Telkomsel Ajak Mahasiswa UMM Belajar YouTube

Dengan kombinasi program makan gratis yang efektif, edukasi gizi, dan pengawasan pelaksanaan di lapangan, upaya pengurangan angka stunting diharapkan dapat membawa hasil yang lebih baik. Namun, kerja sama semua pihak tetap menjadi kunci keberhasilan program ini. 

"Makanlah dengan mindful eating, artinya kita sadar apa yang kita makan, kapan, dan bagaimana. Ajari anak untuk selektif terhadap makanan, karena yang disukai belum tentu sehat. Ini memang tantangan, tapi perubahan mindset sangat penting untuk masa depan mereka," kata Gita.

Dosen UMM Ciptakan Jenis Ayam Kampung Petelur Baru