Ini Kedai Kopi Pertama Di Kampung Kayutangan, Ada di Rumah Heritage

Kedai Kopi Pertama Di Kampung Kayutangan, Ada di Rumah Heritage
Sumber :
  • Humas Pemkot Malang

Malang – Pilihan kuliner di Koridor Kayutangan saat ini sudah beragam macamnya. Akan tetapi jika ingin merasakan kuliner ala kampung, bisa mampir ke kedai kopi sederhanan di Kampung Kayutangan. Tidak hanya itu, kedai kopi ini juga disebut kedai kopi pertama yang ada di Kampung Heritage Kayutangan. 

Mas Dion, Kader Militan PKB Mantap Maju Cabup Pasuruan 2024

Kedai kopi tersebut adalah Kopi Hamur Mbah Ndut. Menu. Seperti dikutip Malangkota.go.id, Kopi Hamur menawarkan sajian kopi tubruk, kopi susu, serta sekoteng, juga ada beberapa makanan tradisional seperti onde-onde dengan harga yang ramah di kantong.

Namun, yang menjadi magnet pengunjung untuk datang ke tempat ini adalah kedai ini berada di sebuah rumah lawas yang nyaman. Bahkan Kopi Hamur Mbah Ndut ini merupakan warung kopi atau kafé pertama di koridor dalam Kayutangan Heritage.

Live Streaming Indonesia U23 vs Uzbekistan U23 di RCTI dan Vision+

Pemilik Rumah sekaligus Pendiri Kopi Hamur Mbah Ndut, Rudi Haris menjelaskan sebelum penduduk lain itu membuat warung kopi ia sudah mendirikan kedai kopi duluan. 

“Kemudian karena tempat saya ini ramai, mulai banyak warga yang ikut (mendirikan warung kopi). Kalau di sini kan rumahnya juga menunjang ya untuk spot. Ini rumah dari eyangnya istri saya, rumah punden bagi keluarga besar. Memang dari dulu dikenal rumahnya Mbah Ndut, karena tubuhnya gendut,” kata Rudi. 

KONI, Dindik, dan DPRD Gelar Hearing Persiapan Porprov 2025, Ini Pembahasannya

Rumah (dalam Bahasa Malangan Hamur) Mbah Ndut didirikan pada tahun 1923. Rumah ini terletak di Jalan Basuki Rahmat Gang 4 No 938. Bangunan beratap pelana ini berukuran 8,5×17,5 meter persegi. Pemilik pertamanya adalah Haji Ridwan dan Mardikyah diteruskan oleh keluarga Saadiyah, dan kini ditinggali dan dikelola oleh Rudi Haris.

Menurut Rudi Haris bangunan ini tetap dipertahankan seperti aslinya. Terlihat dari bentuk dan jendela, demikian juga ubin yang masih berwarna kuning jelas memperlihatkan ciri khas rumah kuno.

Sederet perabot dan barang antik terpanjang rapi di rumah ini. Mulai dari kursi dan lemari kayu lawas, teko, kaset, telepon, timbangan, tas koper, TV, hingga radio.

“Masih asli dan tidak diubah bentuk rumahnya. Hanya memang bagian depan saja yang ketambahan. Ada kanopi dan toko. Kanopi ini juga sudah cukup lama, sejak 1994. Jadi pertama kali di Indonesia ada kanopi, saya pasang. Di sini juga ada banyak barang-barang lama, jadi kita keluarkan ke depan. Seperti radio itu dibeli tahun 1961, kwitansinya juga masih ada. Harganya Rp 6.900 waktu itu, belinya di Toko Srikandi dulu ada di perempatan situ,” ceritanya.

Rudi bercerita bahwa dirinya dulu mengelola toko sembako di rumah ini. Namun sejak 2018 kala Pemkot Malang menetapkan kawasan Kayutangan menjadi kawasan wisata, Rudi Harus pun mulai membuka kedai kopinya karena melihat potensi banyaknya wisatawan yang datang ke kampungnya.

Bapak tiga orang putra ini mengaku selalu membiarkan pintu rumahnya terbuka. Pria ramah ini membuka kedainya setiap hari mulai pukul 08.00 WIB dan biasanya akan tutup sementara menjelang magrib dan buka lagi setelah isya.