Strategi Genjot Ekonomi Syariah di Tengah Tantangan Global
Malang – Pemerintah pusat saat ini tengah melakukan berbagai upaya untuk mendorong ekonomi syariah (eksyar). Apalagi, saat ini, tantangan ketidakpastian global menjadi isu yang hangat.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aida S Budiman mengungkapkan, terdapat tiga strategi guna mendorong perkembangan ekonomi syariah (eksyar) di tengah tantangan tersebut.
Pertama, menyelaraskan pengembangan eksyar untuk akselerasi pemulihan ekonomi nasional. Serta menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan.
Kedua, penguatan kelembagaan untuk pengembangan eksyar melalui penguatan Rantai Nilai Halal (RNH) yang dilakukan dengan end-to-end, sehingga menghasilkan high quality local product.
"Ketiga, memanfaatkan teknologi digital, yang juga bisa meningkatkan inklusivitas. Penggunaan teknologi digital pada masa pandemi telah membuka peluang bisnis baru yang lebih luas dan lebih cepat mencakup antar daerah, lintas provinsi, hingga antar negara," kata Aida.
Selain itu, kunci dari ekonomi nasional adalah menjaga stabilitas untuk pertumbuhan yang berkesinambungan dan inklusif.
"Hal ini dilakukan melalui strategi sinergi antar otoritas, pelaku usaha, masyarakat, dengan melibatkan ekonomi syariah," papar dia.
Sementara itu, di wilayah Jawa Timur, upaya pengembangan ekonomi syariah melalui program industri kreatif syariah, yakni program pengembangan UMKM bidang makanan dan minuman, serta UMKM bidang fesyen yang berbasis syariah. Program ini mencakup kurasi produk, pelatihan bagi pelaku UMKM, dan business matching.
Selain itu, BI Jatim juga menggelar Sarasehan Hebitren se-Jawa untuk mendukung peningkatan kemandirian dan menguatkan sinergi antara pesantren di Pulau Jawa.
Dalam menggencarkan eksyar, BI Jatim juga bersinergi dengan program One Pesantren One Product (OPOP) yang digagas Pemprov Jatim. Sinergi ini dilakukan untuk kemajuan ekonomi syariah serta mendukung optimis Jatim Bangkit.
Sinergi tersebut juga mencakup pelatihan dan sertifikasi juru sembelih halal (Juleha) yang melibatkan 20 Rumah Potong Hewan (RPH) pesantren untuk mendukung Jatim sebagai pusat industri halal. Sinergi yang dijalin juga mencakup kurasi produk-produk yang dihasilkan 500 pesantren agar bisa naik kelas.
Bahkan, BI Jatim juga melakukan sertifikasi pengelolaan ekonomi pesantren bagi 50 pengurus koperasi Ponpes. Tujuannya, agar pengelola koperasi pesantren memenuhi Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKNI).
Serta, BI Jatim juga menggelar bootcamp pesantren tentang pengolahan pakan ternak dan pemrograman sebagai bentuk dukungan terhadap kemandirian pesantren.