Aksi Buruh Di Kota Malang Juga Suarakan Tragedi Kanjuruhan

Peringatan hari buruh digelar di Balai Kota Malang
Sumber :
  • VIVA Malang / Uki Rama

Malang, VIVA – Peringatan hari buruh digelar di Balai Kota Malang pada Rabu, 1 Mei 2024. Para buruh tidak hanya membahas isu soal buruh dan tenaga kerja mereka juga menyuarakan Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu. 

Bhineka Tunggal Ika, Karapan Sapi hingga Tokoh 5 Agama Meriahkan Karnaval HUT RI di Muharto Malang

Sekjen Federasi Kontras sekaligus Komite Pusat Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) Andi Irfan berorasi langsung di depan para buruh. Dia menyebut bahwa pemerintah tidak berpihak pada korban Tragedi Kanjuruhan. 

"Di Malang pada 1 Oktober 2022 lalu, ratusan kawan kita ditembak gas air mata karena hal sepele. Aremania menjerit dan ratusan keluarganya menangis. Tapi apa yang dilakukan pemerintah? Semua menganggap hal itu biasa aja," kata Andi. 

Masih Rp6,8 Miliar, Dishub Kota Malang Optimis Pendapatan Parkir Tembus Rp10 Miliar di Akhir Tahun

Selain itu, Andi mengatakan bahwa UU Ciptaker yang disahkan oleh pemerintah justru menyusahkan para buruh. Dia menganggap para legislator yang juga mengesahkan UU Ciptaker lebih memilih memihak ke pengusaha ketimbang buruh. 

"Bertahun tahun kita berjuang untuk perindungan hak hak buruh, nyatanya regulasinya justru membuat celaka. Laknatlah orang yang menegesahkan UU Ciptaker. Karena itu melemahkan perjuangan buruh," ujar Andi. 

Wahyu Hidayat Terima 3 Penghargaan Sekaligus Karena Dinilai Sukses Jadi Pj Wali Kota Malang

Andi menuturkan, peringatan hari buruh adalah panggilan bagi seluruh buruh untuk menyuarakan hal-hal yang tidak berpihak pada mereka. Sebab mereka merasa ada banyak aturan yang justru menyensarakan buruh. 

"1 Mei adalah panggilan kita semua untuk mentuarakan bahwa republik kita belum baik baik saja. Ada banyak aturan yang justru memiskinkan rakyat. Masih ada kriminalisasi juga. Semoga perjumpaan kita ini bisa awet di aksi aksi selanjutnya. Perjuangan kita bukan milik oligarki, tapi milik rakyat Indonesia," tutur Andi.