Cerita Unik Dibalik Mie Bakar Celaket, Kuliner Khas Kota Malang
- Viva Malang
Isminarto mengatakan perjalanan membangun usaha kulinernya terus dia kembangkan. Awalnya usaha ini dia rintis bersama 3 karyawan. Dirinya sendiri, ibu mertua, bibi, dan orang lain. Pertama kali dia produksi mie bakar hanya menghabiskan 2 kilogram mie. Perlahan hingga 2022 ini dia menghabiskan 200 kilogram mie per hari dan kini sudah memiliki dua outlet.
"Dulu itu ya cuma 2 kilogram, sekarang allhamdulilah 200 kilogram. Karyawan dari 4 orang kini 40 orang. Kalau outlet allhamdulilah masih 2. Sekarang kami setiap hari sekitar 1.300 porsi, kalau awal-awal ya puluhan saja," tutur Isminarto.
Isminarto menuturkan bahwa kunci keberhasilannya adalah terus melakukan transformasi pelayanan. Dia berusaha selalu melakukan penyempurnaan dan berinovasi dengan menerima masukan dari rekan-rekannya dan orang lain.
"Iya mulai dari bungkus makanan. Selalu berdiskusi dengan teman. Bahkan dulu itu kalau makan di kafe dibakarnya di atas piring atau meja pelanggan. Tetapi ternyata itu ribet dan kita coba bakar dulu sebelum disajikan dan ternyata pelanggan tidak ada persoalan. Allhamdulilah terus ramai," kata Isminarto.
Untuk rasa dia mencoba mendobrak lidah pelanggan dengan gabungan bumbu masakan Jawa yakni mie godok dengan olahan mie Eropa ala masakan pasta. Semangatnya adalah masakan Jawa tradisional itu kuat dirempah tidak begitu banyak mengandalkan MSG (Monosodium glutamat).
Sedangkan masakan Eropa kaya akan keju atau mozzarella. Kemudian dicampur dengan daging asap atau aneka toping lauk lainnya. Seperti cumi, ikan, sosis, bakso hingga aneka seafood.