302 Sumber Mata Air Teridentifikasi di Kota Batu

Saat ekspedisi mata air.
Sumber :
  • VIVA Malang / Galih Rakasiwi

Malang, VIVA – 302 sumber mata air berhasil diidentifikasi oleh Gerakan Kesadaran Terlibat dan Sapu Bersih Sampah Nyemplung Kali (Sabers Pungli).

Tanah Ambles Kejutkan Pelajar PAUD di Kota Batu, Tak Ada Korban Jiwa

Koordinator Ekspedisi Mata Air, Doddy Eko Wahyudi mengatakan, data hasil ekspedisi tersebut semakin melengkapi data mata air di Kota Batu yang telah terdokumentasi dalam Buku Inventarisasi Sumber Mata Air Wilayah Perhutani KPH Malang, cetakan ke-3 Tahun 2016.

"Jumlah mata air tersebar baik di seluruh kawasan desa dan kelurahan, termasuk di kawasan hutan dengan berbagai nama lokal. Temuan jumlah itu lebih banyak dari data yang disampaikan Pemkot Batu selama ini yang hanya mendata sebanyak 157 mata air," katanya, Senin, 3 Juni 2024.

Tidak Diperpanjang Pj Wali Kota Malang, Muhlas Nekat Kembali Daftar Dirut Tugu Tirta

Jumlah tersebut masih belum termasuk di 2 desa dan kelurahan yang belum disurvei seperti di Desa Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Pesanggrahan. Diketahui, kegiatan ekspedisi ini dilakukan sejak Oktober 2022 hingga Mei 2024.

"Dalam ekspedisi ini melibatkan relawan masyarakat dan perwakilan instansi Perum Jasa Tirta I, BBWS Brantas, TNI, Polri, PUPR, DLH, BPBD, dan PDAM Kota Batu," ujarnya.

Pendaftaran Ditutup, Muhlas Daftar Lagi Jadi Dirut Tugu Tirta

Tujuan ekspedisi dilakukan untuk menjawab ketidaktahuan atau kesimpangsiuran data mata air yang selama ini diketahui masyarakat.

"Karena selama ini masyarakat Kota Batu sering mendengar pemberitaan jumlah mata air yang tersisa, namun jumlahnya tidak sama dengan mata air yang dikenal masyarakat," tuturnya.

Meski begitu, dari data awal di lapangan ternyata lebih banyak daripada yang diberitakan. Prediksi itu pun terbukti, bahkan ada lebih dari 300 titik mata air yang berhasil kami identifikasi.

"Setelah ekspedisi ini, kami berharap data yang berhasil terdokumentasi ini tidak hanya menjadi sekedar data. Merunut dari data inu diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak berwenang," katanya lagi.

Sementara itu, tokoh pelestari sungai di Kota Batu, Ahmad Berlin berharap program pemantauan, evaluasi, pelestariannya diharapkan dapat lahir dari data mata air ini. Pasalnya, ekspedisi ini juga melakukan pendataan meliputi nama lokal dan data lokasi, perkiraan debit (liter per detik), status kepemilikan lahan, luasan, juru kunci atau tokoh pemangku, periode keberadaan hingga asal buatan atau alami.

''Termasuk juga mendata kegiatan pemanfaatan, kegiatan perlindungan, kegiatan adat budaya, aturan yang berlaku, flora dan fauna hingga rekomendasi program,'' ujar Mad Berlin sapaanya.

Pihaknya siap mengawal pelestarian mata air di Kota Batu agar berjalan secara berkelanjutan. Jadi, tidak hanya sibuk memanfaatkan saja, tapi juga dilestarikan. 

"Penggunaan air tanah dapat dikendalikan dengan tegas agar tidak mengancam keberadaan mata air di Kota Batu sebagai daerah di hulu DAS Brantas,'' katanya.

Sementara itu, Koordinator Pokja Diklat dan Pemberdayaan Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) Jatim, Bayu Sakti menuturkan apresiasi atas ekspedisi ini. Ia berharap upaya pelestarian mata air juga dapat dimasifkan. 

''Tak hanya di titik mata air saja dan sekitarnya, ada juga daerah tangkapan atau imbuhan yang perlu dilestarikan, seperti daerah yang menjadi asal-usul air yang muncul di titik mata air karena itu juga jadi faktor utama lestarinya mata air,'' katanya.

Upaya pelestarian yang dapat dilakukan seperti menjaga kestabilan tanah, fungsi hutan dan lahan agar sesuai peran alaminya, mengurangi erosi dan kesuburan tanah. Menurut dia, penggunaan air tanah secara berlebihan juga dapat mengancam keberadaan mata air.

"Jangan sampai elevasi muka air tanah berada di bawah elevasi titik mata air, sehingga mata air dapat terus memunculkan air,'' tuturnya.