Tanah Gerak di Jombang Bikin 11 Rumah Warga Rusak, 34 Orang Mengungsi
- Elok Apriyanto / Jombang
Jombang, VIVA – Bencana alam terjadi di wilayah Kabupaten Jombang Jawa Timur, pada Kamis 7 Maret 2024 dini hari.Bencana alam berupa tanah gerak itu terjadi di Dusun Sumberlamong, Desa Sambirejo, Kecamatan Wonosalam.
Akibat peristiwa itu, 11 rumah warga rusak dan 12 keluarga yang terdiri dari 34 jiwa tersebut harus mengungsi agar tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Kepala Desa Sambirejo, Sungkono menjelaskan di lokasi yang terjadi bencana alam itu, sebenarnya sudah lama terjadi keretakan tanah.
"Indikasi keretakan ini sudah dideteksi dan diteliti oleh BPBD, selama satu bulan dan ternyata hasilnya waktu itu, sudah di lampu merah. Masyarakat harus diupayakan untuk bergeser ke tempat yang aman," kata Sungkono.
Lantaran warga belum berpindah ke tempat yang aman, tanah gerak yang terjadi pada dini hari tadi itu, membuat rumah warga rusak, dan berdampak langsung pada 12 KK, yang terdiri dari 34 jiwa.
"Tapi belum sampai bergeser, pada malam hari tadi terjadi keretakan yang lebih parah yang menimbulkan dampak langsung pada 12 KK, yang berjumlah 34 anggota keluarga. 11 rumah rusak," ujarnya.
Akibat dari 11 rumah warga yang rusak itu, warga akhirnya memilih mengungsi ke tempat atau rumah saudaranya yang lokasinya tak jauh dari rumah.
"11 rumah yang rusak, kondisinya sudah parah tidak bisa ditempati dari semua rumah ini indikasinya semua ambles, ada yang miring ada yang ambles gitu. Korban sementara tidak ada, semua bisa diselamatkan, dan warga sementara mengikuti (tinggal) di rumah kerabatnya," tuturnya.
Ia mengaku saat ini pihak Desa hanya bisa sebatas memberi bantuan berupa makanan pada warga, dan untuk keberlangsungan hidup 12 Kartu Keluarga itu, ia menyerahkan pada BPBD Kabupaten Jombang.
"Untuk sementara desa bisa membantu soal makan. Tapi untuk tindak lanjutnya kita serahkan ke BPBD Jombang," kata Sungkono.
Ia pun memaparkan penyebab tanah gerak yang merusak 11 rumah warga itu dipicu tingginya intensitas curah hujan yang turun di kawasan Wonosalam.
"Penyebabnya itu, tanahnya dari awal penelitian memang tanahnya labil. Dan di belakang rumah ini lereng, dengan kemiringan 45 derajat. Bisa juga karena tanah labil, disertai hujan yang sangat lebat, akhirnya menyebabkan keretakan tanah menjadi parah," ujarnya.