Badan Pangan Prediksi RI Aman dari Krisis Pangan

Badan Pangan Prediksi RI Aman dari Krisis Pangan
Sumber :
  • pixabay

Malang – Belakangan ini, di berbagai negara mengalami krsis pangan. Namun, di Indonesia, diprediksi masih jauh. Sebab, ketersediaan pangan masih cukup di tengah krisis pangan global. 

Live Streaming Indonesia U23 vs Uzbekistan U23 di RCTI dan Vision+

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi. Kondisi itu didasarkan pada perhitungan neraca pangan nasional serta tingginya potensi pangan lokal yang beragam. Serta masih berpeluang besar untuk terus dikembangkan sebagai substitusi bagi pangan impor.

Menurutnya, krisis pangan memiliki tingkatan tertentu. Suatu negara dikategorikan mengalami krisis pangan apabila sudah tidak bisa menjangkau makanan, tidak ada makanan yang tersedia, bahkan sampai kekurangan gizi dan mengalami gizi buruk.

KONI, Dindik, dan DPRD Gelar Hearing Persiapan Porprov 2025, Ini Pembahasannya

“Kita bersyukur, saat ini Indonesia tidak mengalami hal tersebut. Ketersediaan pangan, berdasarkan perhitungan Neraca Pangan Nasional menunjukan bahwa pangan nasional dalam kondisi tersedia dan aman,” kata Arief dalam keterangan, Jumat 16 September 2022. 

Prognosa Neraca Pangan Nasional mencatat, sampai dengan akhir Desember 2022 komoditas yang mengalami surplus antara lain beras sebanyak 7,5 juta ton, jagung 2,8 juta ton, kedelai 250 ribu ton, bawang merah 236 ribu ton. Kemudian bawang putih 239 ribu ton, cabai besar 53 ribu ton, cabai rawit 72 ribu ton, daging ruminansia 58 ribu ton. 

Abah Anton Mengaku Tak Kapok Maju Pilwali Meski Pernah Tersandung KPK

Selanjutnya, daging ayam ras 903 ribu ton, telur ayam ras 191 ribu ton, gula konsumsi 806 ribu ton, dan minyak goreng 716 ribu ton. Dari sejumlah komoditas tersebut beberapa terjamin stoknya setelah dilakukan importasi, seperti kedelai, bawang putih, daging ruminansia, dan gula konsumsi.

“Sesuai arahan Presiden RI, saat ini tugas kita adalah memitigasi kondisi dunia yang tidak menentu agar di sisa tahun ini dan di tahun 2023 tidak gelap seperti yang diperkirakan,” ujarnya.

Arief menjelaskan, mitigasi potensi krisis pangan harus dimulai dari pendataan terkait stok awal, perkiraan produksi, serta angka kebutuhan atau konsumsi pangan. Sehingga rencana antisipasi dapat dilakukan lebih dini.

“Saat ini kami sudah rapihkan dan integrasikan data-data pangan tersebut, baik yang bersumber dari BPS, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, serta Kemenko Perekonomian. Semua tertuang dalam Neraca Pangan Nasional yang setiap minggu kami laporkan perkembangannya kepada Presiden,” ucapnya.

Langkah selanjutnya adalah mendorong keanekaragaman konsumsi. Dia berharap, masyarakat jangan menggantungkan kebutuhan konsumsinya pada satu komoditas pokok saja. Pasalnya, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, ditambah setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing, termasuk kekhasan dalam hal konsumsi makanan pokok. 

“Penganekaragaman konsumsi akan terus kami kampanyekan, melalui gerakan konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman atau B2SA,” imbuhnya.