Dinkes Gencarkan Kampanye PHBS, Fokus Asi Eksklusif dan Tidak Merokok

Sosialisasi PHBS di Kota Batu.
Sumber :
  • VIVA Malang / Galih Rakasiwi

Batu, VIVAPemkot Batu melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) semakin serius dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 

Terbukti Tak Berikan Karcis, 11 Jukir di Kota Batu Disanksi Denda Rp500 Ribu

Komitmen ini muncul menyusul fakta bahwa rendahnya kesadaran PHBS di kalangan warga, terutama generasi muda, berpotensi memperburuk kesehatan dan mempengaruhi upaya pencegahan stunting pada anak-anak dan balita.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Batu, Hasanatul Mardiyah mengatakan bahwa banyak warga usia produktif yang menjadi rentan terhadap berbagai penyakit serius seperti stroke dan kanker karena kurangnya penerapan PHBS. 

Pj Walkot Bersama Forkopimda Cek Pemungutan Suara, Pilwali Kota Batu Aman

"Masih rendahnya kesadaran PHBS di masyarakat Kota Batu membuat warga usia produktif menjadi rentan dan mudah terkena penyakit, misalnya stroke dan kanker," ujarnya, Sabtu, 28 September 2024

Dinkes Kota Batu mencatat bahwa hingga saat ini, sekitar 41 persen masyarakat masih enggan menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari. 

Quick Count Sementara, Paslon NH Unggul Telak

"Data ini menunjukkan bahwa perbaikan PHBS masih menjadi pekerjaan rumah yang signifikan bagi Kota Batu. Dari sepuluh indikator PHBS yang ideal, banyak yang belum terpenuhi di daerah ini," ujarnya.

Sementara itu, Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Ahli Muda Dinkes Kota Batu, Ni’matul Khoiriyah menjelaskan bahwa capaian PHBS di tahun sebelumnya baru mencapai 59 persen, masih jauh dari target 65 persen.

"Dua indikator yang menjadi ganjalan utama adalah rendahnya angka pemberian ASI eksklusif dan tingginya angka perilaku merokok di masyarakat," katanya.

Kedua indikator ini memiliki tingkat pencapaian terendah dibandingkan delapan indikator lainnya dalam penilaian PHBS. 

"Jika dua indikator ini belum terpenuhi, maka masyarakat belum dapat dikatakan menerapkan PHBS secara penuh," tuturnya.

Perempuan yang biasa disapa Yayak menjelaskan bahwa rendahnya angka pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain ibu yang berprofesi sebagai wanita karir, produksi ASI yang tidak mencukupi, atau dalam beberapa kasus, ASI tidak keluar sama sekali. 

"Padahal, pemberian ASI eksklusif sangat penting bagi pertumbuhan optimal bayi dan pencegahan stunting. Sementara itu, perilaku tidak merokok menjadi tantangan terbesar dalam penerapan PHBS," katanya. 

Ia mengakui bahwa sulit untuk mengubah perilaku merokok karena kesadaran pelakunya masih rendah.

"Perilaku tidak merokok adalah indikator yang paling sulit dicapai karena sangat bergantung pada kesadaran individu," katanya.

Dinkes Kota Batu terus melakukan berbagai upaya preventif dan promotif untuk mendorong penerapan PHBS, termasuk kampanye edukasi di berbagai lapisan masyarakat.

"Meski demikian, angka pengobatan atau kuratif di Kota Batu masih tinggi sebagai dampak dari kurangnya kesadaran PHBS," ujarnya.

Selain itu ada sepuluh indikator PHBS yang harus dipenuhi dalam satu keluarga mencakup pemberian ASI eksklusif, perilaku tidak merokok, persalinan oleh tenaga kesehatan, aktifnya posyandu, penggunaan air bersih, cuci tangan dengan sabun, penggunaan jamban sehat, pemberantasan jentik nyamuk, pola makan sehat, dan aktivitas fisik harian.

"Saat sembilan indikator terpenuhi, namun ada satu indikator yang tidak tercapai, maka keluarga tersebut tetap dianggap belum menerapkan PHBS," tuturnya.