Lembaga Survey: Elektabilitas Nasdem Turun Usai Deklarasikan Anies
- Istimewa
Pada bulan Juni 2022, elektabilitasnya turun menjadi 4,4 persen, dan pada bulan Oktober 2022 sebesar 3,8 persen. "Nasdem merupakan salah satu partai pendukung Jokowi sejak periode pertama, dan berada di kubu Ahok pada Pilkada DKI Jakarta yang memenangkan Anies," kata Andreas.
Muncul Desakan agar Nasdem Mundur dari Koalisi Sekarang pun, kata dia, Nasdem masih menjadi bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi. Belakangan, desakan agar Nasdem mundur dari koalisi disuarakan mengingat Anies dianggap sebagai figur sentral kekuatan oposisi terhadap Jokowi.
Sementara itu, PDI Perjuangan sebagai partai utama pengusung Jokowi masih unggul dengan elektabilitas 18,3 persen. Gerindra berada pada peringkat kedua sebesar 13,0 persen, disusul oleh Partai Golkar (7,7 persen), PKB (7,1 persen), dan PSI (5,7 persen).
Partai-partai oposisi berkumpul di papan tengah, yaitu Partai Demokrat (5,5 persen) dan PKS (5,2 persen). Sementara itu, dua partai koalisi pemerintah, yakni PAN (2 persen) dan PPP (1,7 persen), yang seperti Nasdem juga terancam tidak lolos ke Senayan.
Kehadiran partai-partai baru turut mengancam keberadaan partai parlemen, elektabilitas Gelora sebesar 1,3 persen, Perindo (1,1 persen), dan Partai Ummat (1 persen). Selanjutnya, Hanura (0,5 persen) dan PBB (0,3 persen), sisanya partai-partai lain 0,7 persen, dan yang menjawab tidak tahu/tidak jawab 25,1 persen.
Untuk bisa mengusung capres/cawapres, hanya PDI Perjuangan yang mencukupi ketentuan presidential threshold 20 persen. Partai-partai lain harus membentuk koalisi, yang sudah terbentuk adalah Gerindra dan PKB, kemudian Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) beranggotakan Golkar, PAN, dan PPP.
Nasdem berupaya menggalang koalisi bersama Demokrat dan PKS, tetapi terganjal soal siapa cawapres yang bakal mendampingi Anies. "Mengambil risiko anjloknya elektabilitas, NasDem berharap bisa mendapatkan coattail effect dengan mengusung Anies," kata Andreas.