Harga Cabai Meroket, Ketua KTNA Jatim Angkat Bicara
- VIVA Malang (Elok Aprianto/Jombang)
Jombang, VIVA – Naiknya harga cabe rawit akibat curah hujan, mendapat perhatian dari Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Timur, Sumrambah yang turut angkat bicara.
Menurut Sumrambah, fenomena mahalnya harga cabai rawit akibat intensitas hujan bisa berdampak pada inflasi di masing-masing daerah.
Sehingga, kata Sumrambah, hal ini harus ditangani serius oleh pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.
"Ini kan musim penghujan, dan pada musim ini tanaman cabe banyak yang mengalami kerusakan, istilahnya karena terjadi water logging, atau air yang penuh di pori-pori tanah," kata Sumrambah, Jum'at 3 Januari 2025.
Dalam posisi ini, sambung Sumrambah, tanaman cabai akan kesulitan mendapatkan nutrisi, sehingga tanaman cabe akan menjadi rusak atau busuk.
"Pada kondisi ini nutrisi makanan tidak bisa mencapai optimal ke tanaman, sehingga tanaman mengalami kerusakan atau pembusukan," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa fenomena harga cabai mahal ini biasanya datang pada saat musim penghujan. Dan hal ini sebenarnya sudah diketahui oleh pemerintah.
"Ini adalah fenomena yang selalu pasti akan terjadi di musim penghujan seperti saat ini. Di satu sisi, ini seharusnya harus ada inovasi baru dari pemerintah," tuturnya.
"Yakni bagaimana kemudian pada situasi panen raya cabai, ada proses untuk pengolahan (cabai). Sehingga ketika musim-musim yang sudah kita bisa perkirakan pada musim penghujan terjadi kegagalan panen, atau penurunan produksi, tanaman ini bisa kita antisipasi," kata Sumrambah.
Ia menjelaskan bahwa tidak hanya tanaman cabai, yang terdampak musim penghujan. Tanaman padi juga akan mengalami hal yang serupa.
"Tanaman padi ini pada bulan satu, bulan dua akan mengalami kenaikan, karena apa, karena pada satu sisi petani mulai tanam, sehingga belum ada panen raya, dan pada musim kemarin itu tidak banyak daerah yang bisa menanam padi karena masih musim kemarau," ujarnya.
"Sehingga terbatas sekalian, sehingga persediaan beras itu relatif kurang, sehingga harga biasanya di bulan satu dan dua akan mengalami kenaikan dan itu akan hilang lagi atau mengalami penurunan di bulan tiga bulan empat sudah ada yang mulai panen," tuturnya.
Ia menyebut antisipasi berupa inovasi mengolah produk, seperti cabai diolah menjadi cabai kering, bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengantisipasi mahalnya harga cabai di musim hujan.
"Dengan mengolah cabai menjadi cabai kering, bisa menjadi upaya untuk mengatasi masalah harga cabai pada musim penghujan, sehingga kita tidak tergagap-gagap saat menghadapi musim penghujan di awal seperti ini, akibatnya harga cabai yang sangat tinggi dan katanya selalu berdampak pada inflasi, dan seandainya kita tau ritme ini maka seharusnya bisa kita antisipasi," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, harga cabai rawit maupun cabai merah di pasar tradisional yang ada di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, meroket.
Naiknya harga cabai itu, dipengaruhi buruknya cuaca, sehingga warga masyarakat di kota santri beralih membeli cabai busuk.
Mujiati (40) pedagang cabai di pasar PCN Jombang, mengatakan bahwa harga cabai memang mengalami kenaikan sejak akhir tahun kemarin.
"Ya harga cabai naiknya banyak sekitar 40 ribu rupiah naiknya. Harga cabai rawit 75 ribu per kilogramnya, kalau bulan sebelumnya harga cabai rawit masih 30 ribu rupiah per kilogramnya," kata Mujiati, Jum'at 3 Januari 2025.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa selain harga cabai rawit, harga cabai merah juga mengalami kenaikan.
"Harga cabai merah sekarang melonjak harganya, sekarang jadi 50 ribu rupiah per kilogramnya, sebelumnya 20 ribu rupiah bulan kemarin," ujarnya.