Kisah Petani di Pasuruan Gagal Panen Hampir Seperempat Abad Karena Dilanda Kekeringan

Petani di Pasuruan menunjukkan tanaman jagung yang mengering
Sumber :
  • VIVA Malang (Hari Mujianto/Pasuruan)

Pasuruan, VIVA – Nasib apes melanda para petani di Pasuruan akibat kekeringan. Bahkan hampir selama seperempat abad, mereka terus mengalami gagal panen.

Pasca Kebakaran, Pedagang Pasar Pasrepan Pasuruan Segera Direlokasi

Situasi ini dikisahkan oleh para petani di Desa Kepuh, Lorokan, dan Desa Kedung Pengaron, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan. Hampir selama 24 tahun ini mereka selalu dilanda kekeringan.

Mukhlis, seorang petani di Desa Kepuh, mengungkapkan bahwa kondisi ini sudah sangat mengkhawatirkan.

Pasuruan Siap Hadapi Bencana, Masyarakat Dilatih Simulasi Mitigasi

"Tanaman kami kering karena tidak sesuai dengan prediksi cuaca. Kami hanya mengandalkan air hujan, tapi sudah 24 tahun selalu mengalami kekeringan," bebernya, Selasa 13 Agustus 2024.

Lebih lanjut, Mukhlis menjelaskan bahwa petani di daerahnya biasanya menanam jagung, kacang hijau, dan padi. Namun, karena kekurangan air, hasil panen menjadi sangat minim. 

Bromo Marathon Ke-11, Ajang Lari Marathon Terbesar di Indonesia dengan Peserta Internasional

"Jagung yang tumbuh pun kecil-kecil karena kekurangan air. Untuk biaya tanam per hektar, kami menghabiskan sekitar Rp 5 juta," tambahnya.

H Ali Wafa, petani di Desa Kedung Pengaron, mengeluhkan hal serupa. Menurutnya, lahan yang mengalami kekeringan di desanya mencapai 40 hektar. 

"Kalau panen normal, satu hektar jagung bisa menghasilkan 4-5 ton. Tapi sekarang, karena kekeringan, hasil panen sangat sedikit, bahkan kurang dari 1 ton," ungkapnya.

Para petani berharap Pemerintah Kabupaten Pasuruan dapat memberikan solusi untuk mengatasi masalah kekeringan ini. Salah satu solusi yang diharapkan adalah pembuatan sumur bor

Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pasuruan, belum bisa dihubungi untuk dikonfirmasi terkait dengan solusi dari pemerintah kepada para petani yang setiap tahunnya selalu mengalami gagal panen di setiap musim kemarau.

"Mungkin dengan adanya sumur bor, kami bisa mengairi lahan pertanian kami," pungkas Mukhlis.