Simposium Kebangsaan Jadi Cara Andreas Ajak Mahasiswa Memahami Pancasila

Sosialiasi 4 pilar yang diselenggarakan Andreas.
Sumber :
  • VIVA Malang / Galih Rakasiwi

Malang, VIVA – Komisi XI MPR RI Andreas Eddy Susetya memiliki cara luar biasa dalam Menggali Kembali Pancasila Kita kepada para mahasiswa melalui sosialisasi dengan tema 'Simposium Kebangsaan dan Sosialisasi 4 Pilar'.

Sahabat ER Deklarasikan Dukung Paslon Krida Wujudkan Kota Batu Mendunia

Dalam sosialiasi yang berlangsung di Lelenggahan Waroeng Tani, pria asal Malang tersebut mengajak para mahasiswa untuk mempelajari, menjiwai, dan kemudian menerapkan nilai-nilai dalam empat pilar kebangsaan ke dalam kehidupan sehari-hari bersama Romo Benny Susetya Stafsus BPIP.

"Republik ini punya empat pilar kebangsaan yang luar biasa, yang menjadi modal sosial bagi bangsa untuk menghadapi berbagai tantangan zaman," ujar Andreas, Kamis 13 Juni 2024.

Debat Lanjutan, Mundjidah-Sumrambah Pakai Jaket Ijo Abang Munculkan Aura Kemenangan

Andreas menambahkan bahwa empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Menurutnya, pilar-pilar ini esensial dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan, termasuk isu intoleransi, situasi ekonomi yang belum pulih, serta sikap individualistik yang semakin marak di masyarakat.

Pidato Ilmiah di Wisuda Unikama, Pakar HTN Fahri Bachmid Ungkap Pentingnya Jaga Kearifan Lokal

“Dengan empat pilar kebangsaan, saya yakin kita bisa menjawab beragam tantangan bangsa," kata politisi PDI Perjuangan ini.

Dalam paparannya, mengenai Pancasila sebagai salah satu dari empat pilar tersebut, ia menyebut Pancasila sebagai ideologi bangsa, falsafah hidup, dan dasar negara yang digali oleh Bung Karno dari kebudayaan dan kearifan lokal bangsa Indonesia.

"Pancasila pertama kali dicetuskan oleh Bung Karno dalam pidato bersejarah pada 1 Juni 1945. Pancasila itu memang bersumber atau berasal dari rakyat Indonesia sendiri. Dari Pancasila, kita bisa menggali nilai gotong royong,” tuturnya.

Apalagi sekarang gempuran digitalisasi sangat luar biasa, nilai pancasila dinilai perlu diperkuat melalui penerapan Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ).

"Apalagi di generasi Z yang saat ini referensinya sudah pada ChatGPT yang berbasis Artificial Inteligency (AI). Sedangkan nilai pancasila jelas tidak tertuang AI ini," katanya.

Andreas tidak menginginkan nilai pancasila di Indonesia semakin terkikis ketika kaum muda terlalu terbawa arus digitalisasi.

"Mengingat negara Indonesia masih dapat berdiri hingga saat ini karena nilai-nilai moral Pancasila yang terus diterapkan," ujarnya.

Sementara itu, Ketua GMNI Malang Raya Rolis Barson Sembiring mengatakan penguatan EQ dan SQ memang amat sangat diperlukan mengingat IQ saat ini sedang di tekan hingga titik puncak menuju bonus demografi.

"Dan jangan sampai bonus demografi yang seharusnya menjadi keuntungan bagi kita bangsa Indonesia menjadi petaka demografi. Peran anak muda disini memang terbilang cukup masif untuk membangun negeri ini," katanya.

Pihaknya berharap kedepannya banyak generasi muda yang mau memahami makna dari empat pilar di Indonesia.

"Ketika para pemuda memiliki output dalam bentuk kepedulian yang tinggi terhadap bangsanya maka secara tidak langsung nilai Pancasila juga tertanam dalam dirinya," ujarnya.