Kala LOBSTECH Karya Pemuda asal Jember Ini Bikin Sumringah Nelayan Lobster di Desa

LOBSTECH, teknologi tepat guna bagi nelayan lobster
Sumber :
  • SATU Indonesia Award

Jember, VIVA – Lewat layar gawai di genggaman, Hendra memantau kualitas air laut di sebuah keramba budidaya lobster yang ia kelola.

Capaian Luar Biasa, Tulungrejo Masuk Nominasi 3 Desa Terbaik Sejatim

Pemuda asal Jember, Jawa TImur ini tengah mengoperasikan teknologi Internet of Things (IoT) tepat guna bikinannya. Namanya LOBSTECH

Terbukti sejak hadirnya LOBSTECH ini, hasil budidaya lobster para nelayan mulai meningkat. Bahkan kerja para nelayan lebih efektif. Seiring dengan itu, produktivitasnya mulai meningkat.

Libur Lebaran Alun-alun Malang Dibanjiri Wisatawan

Lahir dari keresahannya saat menyaksikan langsung bagaimana keramba ikan kerapu di wilayah Kabupaten Situbondo kosong dan tidak lagi produktif. 

Pada saat yang sama, ia juga melihat masalah lain dalam industri perikanan, yaitu perburuan bayi lobster secara ilegal dan menurunnya hasil tangkapan lobster. 

2 Pekerja Bangunan di Sumbersari Malang Tewas Tersengat Listrik dan Jatuh Dari Lantai 3

Sejak saat itu, Hendra terdorong untuk mencari solusi inovatif yang dapat mengubah keadaan nelayan Indonesia.Terlebih Situbondo sejatinya daerah potensial dalam budidaya lobster. 

Seperti dilansir dari laman Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, satu induk lobster bisa menghasilkan 25-50 ribu naupliosoma atau anakan yang baru menetas. 

Dari jumlah itu, satu persennya bisa bertahan dan menjadi benih bening lobster. Dengan pemberian pakan yang tepat, tiap bulan benih tersebut dapat menghasilkan induk-induk lobster berkualitas.

Oleh sebab itu Hendra cukup optimis bahwa ada upaya yang bisa kembali mengembalikan kejayaan nelayan di Situbondo. Meski dalam perjuangannya tak semudah menjentikkan tangan, lulusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya itu terus belajar dan mencoba.

Saat itu, Hendra mengajak rekannya membuat sebuah kotak sensor berbasis Internet of Things (IOT) untuk mengontrol kualitas air. Kotak itu ditaruh di keramba, kemudian disambungkan ke aplikasi LOBSTECH di komputer milik Hendra.

Prinsipnya, LOBSTECH akan membudidayakan lobster dengan mengontrol kualitas, tingkat oksigen, serta keasaman air menjadi stabil. Nantinya, data akan dikumpulkan dalam sistem dan ditampilkan melalui aplikasi LOBSTECH.

Petani dapat menganalisis data tersebut secara real time untuk mengambil langkah tertentu dalam budidaya lobster.

LOBSTECH menyediakan dashboard yang bisa mengontrol kegiatan budidaya lobster dari mana pun. Para nelayan dapat melihat pertumbuhan lobster dan mengontrol kualitas air melalui dashboard tersebut. 

Data yang terkumpul mampu terkirim ke aplikasi LOBSTECH yang dapat diakses melalui smartphone. Para nelayan bisa memantau kondisi tambak mereka dari mana saja dan kapan saja.

Hendra memantau kualitas air keramba dari jauh

Photo :
  • SATU Indonesia Award

Dengan informasi yang akurat dan tepat waktu, mereka dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan lobster.

Guna pengontrolan semakin mudah, Hendra menyematkan sistem alarm dalam dashboard. Lewat alarm tersebut, para nelayan mendapat notifikasi jika kotak sensor mengalami masalah atau memberikan pemberitahuan tertentu.

Sistem IoT sendiri, memungkinkan instruksi pemrograman akan dihubungkan kepada perangkat yang digunakan tanpa kabel. Tanpa perlu intervensi pengguna, segala hal dapat terkoneksi dengan internet secara otomatis. Teknologi ini juga dapat menciptakan ragam inovasi dan layanan canggih secara terintegrasi dan efektif.

Singkatnya, semakin banyak jenis koneksi yang diciptakan dengan IoT, semakin cepat pekerjaan yang bisa diselesaikan. Tak heran, sistem IoT diprediksi dapat merevolusi cara hidup dan mode produksi masyarakat dalam waktu dekat.

Sayangnya, implementasi IoT juga tak semudah yang dibayangkan. Gadget dan aplikasi memang memegang peran penting dalam teknologi ini, namun keduanya belum mampu menjawab tantangan bagaimana mengintegrasikan gadget dan software yang terfragmentasi serta beragam.

Hendra juga merasakan penerapan teknologi itu tak bisa dengan cepat diterima masyarakat, terlebih di pedesaan. Tantangan ini muncul lebih besar lagi. Mereka seolah tak punya waktu untuk mempelajari seluk-beluk IoT, apalagi mengimplementasikannya.

Di masa awal penelitian dan upayanya dalam pemberdayaan, hanya beberapa nelayan yang mau bekerja sama dengan Hendra dalam implementasi teknologi ini. Para nelayan berpikir, implementasi IoT tidak mampu meningkatkan produksi hewan tersebut.

Namun, selama 2 tahun penelitian, implementasi IoT yang dikembangkan Hendra membuahkan hasil. LOBSTECH terbukti mampu meningkatkan produksi lobster hingga 80 persen. Bahkan menghemat biaya produksi lebih dari 70 persen dibandingkan cara konvensional. Masa budidaya lobster pun semakin pendek, dari 8 bulan hanya menjadi 5-6 bulan saja sekali panen.

Meski tergolong cepat masa panennya, lobster yang dihasilkan juga berkualitas baik. Seekor lobster dengan berat 100 gram bisa didapat dalam waktu 1 bulan saja. Padahal sebelumnya, diperlukan waktu sekitar 8-10 bulan untuk mendapatkan lobster dengan berat yang sama.

"Hasilnya sangat menggembirakan. Tidak hanya produksi yang meningkat, tetapi juga ukuran lobster bisa mencapai 100 gram dalam waktu satu bulan. Ini berkat pengendalian kualitas air yang optimal berkat LOBSTECH,” terang Hendra.

Hendra mengakui bahwa mulanya sulit untuk meyakinkan para nelayan untuk mengadopsi teknologi baru ini. Namun, seiring waktu, bukti nyata dari peningkatan produksi membuat mereka semakin tertarik. Dengan keberhasilan tersebut, banyak nelayan yang berminat untuk menjadi mitra LOBSTECH.

Pada prakteknya, Hendra tidak melepas nelayan begitu saja. Dengan budidaya lobster yang terintegrasi, ia dan timnya memberikan konsultasi serta kontrol kepada mitra sehingga mampu menghasilkan 3.600 ekor lobster per bulan.

"Harapan kami, LOBSTECH bisa menjadi solusi bagi para pembudidaya lobster di seluruh Indonesia. Kami akan terus mengembangkan teknologi ini agar lebih adaptif dengan berbagai kondisi perairan,” ujar dia.

Hendra bersama alat LOBSTECH buatannya

Photo :
  • SATU Indonesia Award

Kini, Hendra sedang melakukan penjajakan dengan sebuah perusahaan Jerman untuk mengembangkan sensor yang tingkat akurasinya lebih tinggi. Ke depannya, Hendra ingin implementasi IoT kian dimaksimalkan oleh nelayan maupun pembudidayaan hewan laut lainnya.

Kerja keras Hendra dalam penerapan teknologi IoT mengantarkannya pada apresiasi SATU Indonesia Award. Usahanya mengajak nelayan untuk kembali sumringah dari kerja keras dan dedikasi pengetahuan membuatnya didapuk menerima penghargaan SATU Indonesia Awards pada 2021. 

Gagasannya berhasil membuktikan bahwa IoT dapat diterapkan oleh sektor mana pun, asal masyarakat diberi pendampingan mumpuni. Dengan membekali edukasi, masyarakat dapat diarahkan dan diberdayakan secara maksimal.

Kontribusi membangun negeri yang Hendra lakukan tidak boleh berhenti sampai di sini. Seiring dengan semangat Sumpah Pemuda, PT Astra International Tbk setiap tahunnya terus menggelar Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards. 

Acara yang telah digelar sejak 2010 ini mengajak para pemuda Indonesia untuk menjadi kebanggaan bangsa melalui inovasi dan karya. Penghargaan dari Astra diberikan kepada para anak bangsa atas setiap perjuangan mereka di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, teknologi, serta satu kategori kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.