Komnas HAM: Aremania Turun ke Lapangan Untuk Support Pemain

Komnas HAM: Aremania Turun ke Lapangan Untuk Support Pemain
Sumber :
  • Istimewa

MalangTragedi Kanjuruhan sampai saat ini masih dalam investigasi berbagai pihak. Termasuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Mereka menyebut, awal mula tragedi tersebut terjadi, lantaran Aremania turun ke lapangan untuk memberikan dukungan kepada para pemain, bukan untuk melayangkan protes. 

Pedagang Mengeluh, Ada Dugaan Kecurangan Pembagian Bedak Pasar Among Tani

Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengungkap sesaat setelah pertandingan berakhir kondisi di dalam stadion masih kondusif. Kemudian, beberapa Aremania memang terlihat turun ke lapangan untuk menghampiri pemain dan memberikan dukungan serta semangat usai kalah melawan Persebaya Surabaya. 

"Pasca peluit panjang dibunyikan, pemain Arema menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh Aremania. Selanjutnya saat pemain Arema menuju ruang ganti, sejumlah Aremania menghampiri pemain dan memeluk pemain untuk tujuan memberikan semangat," ujar Anam kepada wartawan.

Jurus Jitu Pemkot Batu Raih WTP 9 Kali Berturut-turut

Menurut Anam, tujuan para suporter turun ke lapangan itu diketahui berdasarkan investigasi video yang didapatkannya. Melalui video itu, para suporter dan pemain nampak saling berpelukan dan menangis bersama sebelum akhirnya diberikan semangat.

"Dipeluk, dikasih semangat, 'Ayo salam satu jiwa, jangan menyerah'. Itu yang terkonfirmasi dan kami mendapatkan informasinya seperti itu," katanya.

Jangan Lewatkan! Live Streaming Irak U23 vs Indonesia U23 di RCTI dan Vision+

Dari video tersebut, Anam juga menegaskan seluruh pintu tribun di stadion tersebut terbuka, termasuk pintu 13 yang menjadi tempat banyaknya korban meninggal dunia ditemukan. Namun, pintu yang terbuka cukup kecil dan tak terlihat lantaran banyaknya suporter yang berdesakan untuk keluar. 

Mereka berdesakan keluar karena panik setelah aparat menembakkan gas air mata di dalam stadion. Dari video yang diterima, nampak gas air mata mulai ditembakkan pertama kali sekitar pukul 22.08 WIB ke arah tribun bagian selatan.

"Gas air mata keluar, yang itu menurut kami menjadi pemicu utama kepanikan para suporter yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban meninggal dan korban luka-luka," katanya.

Diberitakan sebelumnya, tragedi Kanjuruhan berawal saat pertandingan Arema FC dari Persebaya Surabaya dalam laga kandang BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu, 1 Oktober 2022. Setelah pertandingan selesai, banyak suporter Arema FC turun ke lapangan.

Petugas keamanan dari Polri dan TNI pun berupaya mengadang Aremania dan mengendalikan situasi. Entah bagaimana, petugas kemudian menembakkan gas air mata, termasuk ke tribun yang dipenuhi ribuan penonton yang tak ikut turun ke lapangan.

Sontak para suporter berebutan keluar namun pintu stadion belum terbuka. Akhirnya mereka terjebak, banyak yang lemas, pingsan, dan terinjak-injak.

Berdasarkan data terbaru, total korban dalam peristiwa itu sebanyak 678 orang. Rinciannya, 132 orang meninggal dunia dan 573 orang luka-luka.

Kasus tersebut telah menyeret enam orang sebagai tersangka. Mereka ialah Dirut LIB berinisial AHL, ketua panpel pertandingan berinisial H, security officer berinisial SS, Kabag Ops Polres Malang berinisial WSP, Danki 3 Brimob Polda Jatim berinisial H, dan Kepala Sat Samapta Polres Malang berinisial BSA. 

Sejauh ini, pemerintah telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD untuk mengusut tuntas tragedi di Stadion Kanjuruhan tersebut. Kemudian, Komnas HAM juga melakukan penyelidikan tersendiri atas dugaan pelanggaran HAM di tragedi itu.