Menelusuri Elektabilitas Calon Wali Kota Malang di Akar Rumput, Paslon WALI Masih Tertinggal
- VIVA Malang / Uki Rama
Malang, VIVA – Pertarungan elektabilitas para masing-masing pasangan calon (paslon) di jelang Pemilihan Wali Kota Malang 2024 makin memanas. Sejauh ini, preferensi umum pemilih di akar rumput rupanya masih berjalan dinamis.
Sejumlah pakar menilai sudah ada dua paslon yang unggul. Yakni paslon nomor urut 1, Wahyu Hidayat - Ali Muthohirin (WALI) dan paslon nomor urut 3, HM Anton - Dimyati Ayatulloh (ABADI). Sementara paslon nomor urut 2, Heri Cahyono - Ganis Rumpoko terus merangkak naik.
Namun, dinamika menarik terjadi pada tingkat elektabilitas paslon WALI yang rupanya dari hari ke hari kian menurun. Antusias masyarakat pada paslon yang direlasikan dengan 'dekengan pusat' ini justru kian menurun.
Penurunan kepercayaan pemilih di Pilwali Kota Malang ini dijumpai oleh Malang VIVA dari sejumlah warga dan tokoh masyarakat di Kecamatan Lowokwaru. Menurut salah satu warga, Wahyunanto, banyak warga yang tadinya tertarik pada paslon WALI, namun kini justru berbalik arah.
Seiring waktu, banyak warga yang meragukan kualitas paslon nomor urut 1 ini. Mulai dari catatan buruk di pemerintahan sebelumnya, hingga indikasi memanfaatkan kekuatan poros politik di pemerintah pusat.
"Wakilnya (Ali Muthohirin) itu setahu saya masih menjabat sebagai komisaris independen di BUMN. Kalau gentle ya harusnya dilepas. Ada indikasi mereka ini memanfaatkan kekuatan lobi-lobi di pemerintah pusat, ini merusak demokrasi. Saya tegas menolak hal itu," katanya.
Daripada memilih paslon yang terindikasi tidak berpihak pada demokrasi, ia lebih mendukung paslon yang memiliki figur independen dan jelas berpihak pada demokrasi. Seperti paslon nomor urut 2.
''Keduanya tidak punya catatan buruk dan latar belakang kepentingan politik di masa lalu. Saya lihat Sam HC juga figur pengusaha independen yang punya semangat dan perjuangan yang otonom,'' kata dia.
Hal senada dikatakan Pujianto, pelaku UMKM di Kota Malang yang hingga kini masih bingung dengan pilihannya. Hanya saja, ia cenderung memilih paslon yang benar-benar diketahuinya.
''Misal Abah Anton itu sudah jelas kenal, tapi dia kan punya masa lalu (korupsi), tapi pendukung banyak karena dari dulu sellau peduli Wong Cilik. Misal Mbak Ganis, masih oke juga, mewakili anak-anak muda seperti saya,'' ujarnya.
Sementara, preferensinya terkait paslon WALI justru cenderung minim. Ia mengaku tidak banyak tahu tentang sosok kedua paslon ini. Bahkan secara 'bungkus' saja, dirinya belum menemukan rasa sreg.
"Tahunya Pak Wahyu pernah jadi Pj. Kalau Ali, saya gak tahu. Kayak gimana ya, saya gak ada merasa dekat gitu, harusnya kan ada ya rasa cocok dan sreg-nya gitu. Kalau mau dijagokan, ya ngapain, orang gak tahu. Saya masih gak minat, cari yang pasti aja lah," katanya.
Kesan buruk bahkan dimaknai oleh Aris, warga Jalan Mawar yang merasa tidak cocok dengan cara kampanye paslon WALI. Mulai menegaskan irisannya dengan pemerintah pusat, memberi sembako murah hingga pemberangkatan ziarah wali.
''Saya sebagai anak muda males liat cara-cara kayak gitu. Gimana ya kayak gak ada cara lain aja gitu. Apalagi saya juga dengar gosipnya dia ini minta bantuan Kaesang sama bapaknya itu, Pak Jokowi. Belum jadi aja udah panggil bapak, apalagi udah jadi. Males liat begitu" katanya.
Meski begitu, elektabilitas paslon WALI ini menurut sejumlah tokoh masyarakat masih terbilang kuat, sejajar dengan paslon ABADI. Ketua RW 08 di Jatimulyo, Yakub menyebut jika elektabilitas dua paslon ini di wilayahnya masih sama kuat.
''Abah Anton masih terkenal karena selalu peduli dengan Wong Cilik. Begitu juga Pak Wahyu itu saat jadi Pj sering blusukan,'' kata dia.
Situasi yang sama terjadi di RT 01, Jatimulyo, dimana secara pengalaman, kedua paslon ini masih terus bersaing. Ketua RT 02, Santoso membenarkan jika elektabilitas kedua paslon ini di wilayahnya masih sama kuat.
Meski begitu, ia tetap berharap pemimpin yang nanti terpilih bisa memberikan kebijakan secara komprehensif. Mulai kesejahteraan masyatakat, pembangunan daerah dan juga olahraga.
''Kami ingin pemimpin yang terbaik, yang peduli dengan Kota Malang,'' katanya.
Sementara, itu, jika menilik hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network per 5 Oktober 2024, paslon ABADI masih yang teratas dengan prosentase 42,7 persen. Di urutan kedua, paslon WALI mencapai 22,5 persen dan SAM HC - Ganis 7,5 persen.
Adanya pembelokan dukungan ini menjadi faktor yang perlu diperhatikan oleh masing-masing paslon. Menurut pengamat politik dari Universitas Brawijaya Andhyka Muttawin, perubahan dukungan ini merupakan tanda ketidakpuasan masyarakat.
Andhyka menyoroti jika hari ini, paslon yang beririsan dengan kaki tangan pemerintah pusat justru menjadi bulan-bulanan warga yang menilai paslon ini tak memiliki kemandirian politik.
''Saya melihat mulai ada persepsi negatif pada paslon yang tidak menunjukkan kemandirian politik. Ketergantungan pada pemerintah pusat ini bisa dikatakan juga bisa jadi bumerang bagi paslon karena menciptakan kesan bahwa ia tidak bisa berdiri sendiri mewakili rakyatnya,'' ujarnya.