DPRD Kota Malang Akan Laporkan RS Hermina Buntut Pasien Tak Tertangani Hingga Meninggal Dunia

Anggota DPRD Kota Malang, Arief Wahyudi bertemu dengan keluarga Wahyu
Sumber :
  • Viva Malang/Uki Rama

Malang, VIVA – Anggota DPRD Kota Malang, Arief Wahyudi akan melaporkan Rumah Sakit Hermina Kota Malang ke Dinas Kesehatan setempat buntut meninggalnya Wahyu Widianto. Dia adalah warga Jalan Bareng Tenes, Kota Malang yang meninggal dunia karena tidak mendapatkan penanganan medis di RS Hermina meski kondisinya sudah kritis. 

Usai Sidak Sembako Wali Kota Malang Buka Opsi Aktifkan WTI Untuk Kendalikan Harga

Arief yang meminta klarifikasi langsung pada pihak Rumah Sakit menyayangkan penanganan RS Hermina. Dia telah bertemu dengan Wakil Direktur RS Hermina Malang, Yuli Ningsih pada Selasa, 12 Maret 2024.

Hasil pertemuan itu pihak RS Hermina mengklaim telah memberikan penanganan awal. RS Hermina juga membantah tidak menyediakan bed karena saat itu pihak RS Hermina sedang mengupayakan meski tidak memberitahu terlebih dahulu pada keluarga pasien.

Indosat Jamin Jaringan Internet di Malang Raya saat Mudik Lebaran 2025 Lancar

"Kok aneh dan tidak masuk akal melakukan penanganan tapi keluarga pasien tidak diberi tahu padahal kondisinya kritis. Sampai minta bantuan relawan yang sudah siap dengan ambulans. Kalau keluarga dibertahu untuk menunggu, pasti menunggu. Ini tidak diberitahu sama sekali," kata Arief. 

Arief mengatakan, RS Hermina tidak mengakui bahwa saat Wahyu dibawa ke RS Hermina sekira pukul 18.30 WIB, Senin, 12 Maret 2024 kondisi kamar perawatan penuh. Sebagai legislator dia tidak bisa menerima alasan itu karena keselamatan nyawa lebih utama daripada harus memprioritaskan mengurus administrasi RS. Dia menganggap RS abai dengan nyawa korban yang saat itu sedang kritis. 

DPRD Kota Malang Desak Pemkot Stabilkan Harga Cabai Usai Temukan Kesenjangan Harga

"Ada keteledoran setelah kami bicara. Mereka mengaku menyiapkan tempat tidur, tapi tidak diberitahukan kepada keluarga pasien sehingga kondisi pasien terlantar. Itu yang membuat kacau. Seharusnya diinformasikan kepada keluarga untuk menunggu. Sehingga tidak akan membawa pasien ke Rumah Sakit Saiful Anwar," ujar Arief.

Sekretaris Komisi B DPRD Kota Malang itu akan mempelajari mekanisme pemberian sanksi pada RS Hermina. Dia mengatakan sepenuh apapun kamar perawatan, seharusnya jika ada pasien yang kritis harus ditangani karena berkaitan dengan nyawa. 

"Nyawa lebih penting dari apapun. Kalau perlu ditaruh di tempat seadanya dulu yang penting ditangani. Saya akan pelajari dulu peraturannya soal pemberian sanksi. Kami di legislatif akan kaji terlebih dahulu. Kalau memang dibutuhkan sanksi, kami rekomendasikan untuk itu," tutur Arief. 

Sebelumnya, Wahyu Widianto dibawa ke RS Hermina pada pukul 18.30 WIB pada Senin, 11 Maret 2024. Dia kemudian dinyatakan meninggal dunia setibanya di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang pada pukul 19.00 WIB usai tidak mendapat penanganan di RS Hermina. 

"Ayah mulai dari rumah sampai tiba di RS Hermina sekitar 18.30 tetap di becak motor. Ayah tidak mendapat penanganan sama sekali. Hanya diperiksa mata, tidak ada alat medis sama sekali," kata Elia Widianaputri anak kedua dari mendiang Wahyu Widianto pada Selasa, 12 Maret 2024.

Elia yang menjadi saksi mata di lokasi menuturkan bahwa alasan IGD RS Hermina enggan menerima pasien karena kondisi bed penuh. Mendiang Wahyu dalam kondisi kritis karena sakit diabetes. Setelah ditolak dengan alasan bed penuh, keluarga juga tidak segera dipinjami ambulans karena harus mengisi form registrasi padahal nyawa Wahyu sudah terancam. 

"Kita datang belum ditangani, mereka bilang hanya tidak ada bed. Karena kan itu sakit jantung tetap di bentor sampai dibawa ambulans relawan. Kita minta tolong tapi tetap tidak bisa. Akhirnya ada relawan yang membawa ayah ke RSSA (Rumah Sakit Saiful Anwar)," ujar Elia.

Elia pun mengaku sakit hati dengan penanganan RS Hermina Malang. Keluarga menyebut andai mendiang ayahnya diberi penanganan mungkin nyawa ayahnya bisa tertolong. 

"Saya pribadi sakit hati. Saya sakit hati karena bapak sudah susah nafas saat di becak motor tapi tidak diberi penanganan," tutur Elia.