Nasib Pedagang Pasar Pagi Kota Batu Semakin Suram
- Viva Malang/Galih Rakasiwi
Selain meminta ditempatkan dalam satu kawasan. Pihaknya berharap lokasi untuk berdagang juga layak. Seperti adanya atap dan lapak untuk berjualan.
"Paling tidak, tempat berjualan kami tidak kepanasan maupun kehujanan. Walaupun tetap di luar Pasar Induk Among Tani. Kalau kami minta menetap jelas tidak mungkin, karena situasi pasar sudah jadi," kata Rubianto.
Sementara itu, salah satu pedagang yang enggan namanya disebut menerangkan jika musim hujan seperti sekarang, kondisi tempat penampungan bisa dibilang tak layak huni. Jalan-jalan menuju area pedagang berjualan becek tergenang air. Tenda semi permanen yang mereka buat secara mandiri, juga sudah tidak layak huni.
"Parahnya lagi, di tempat relokasi itu juga sudah tak ada lagi toilet. Sebab toilet yang ada sebelumnya airnya telah dimatikan. Kondisinya sangat menghawatirkan. Untuk buang air kecil saja susah. Karena air toilet dimatikan oleh pihak berwenang. Air toilet itu mati sejak pedagang di Pasar Induk Among Tani yang memiliki SK dipindahkan. Sebelum normal," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan air, biasanya para pedagang membeli air dari pedagang air keliling, dengan harga per jerigen Rp4 ribu. Karena itu, ribuan pedagang yang saat ini masih tertahan di tempat relokasi. Berharap bisa segera dipindahkan ke kawasan Pasar Induk Among Tani.
"Semoga kami segera dipindah ke pasar induk, kita hanya bisa menerima bagaimana pun keadaan di sini. Padahal sangat kotor dan tak layak," tuturnya.