Bahaya Diabetes, Indonesia Diprediksi Peringkat Enam Penderita Terbanyak 2030

Dosen Keperawatan UMM, Zaqqi Ubaidillah
Sumber :
  • Humas UMM

MalangDosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Zaqqi Ubaidillah mengingatkan bahaya mengkonsumsi makanan dan minuman manis dalam jangka panjang bisa memicu obesitas

Konsistensi Perempuan Golkar Bersatu Dampingi Penyintas Tragedi Kanjuruhan

Mudahnya layanan pesan antar aneka makanan memudahkan masyarakat untuk menikmati makanan yang diinginkan. Misalnya saja aneka makanan dan minuman kekinian seperti boba, kopi susu, makanan cepat saji, roti manis, hingga kue kekinian juga dapat memicu obesitas hingga diabetes.

Dia mengatakan, obesitas bisa berujung pada penyakit diabetes. Adapun diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan atau menggunakan hormon insulin secara efisien. Padahal hormon sangat penting karena berfungsi mengatur kadar gula darah dalam tubuh.

Pj Wali Kota Malang Terima Penghargaan Pembangunan Daerah Tingkat Nasional 2024

Peluang menderita diabetes meningkat karena minuman berglukosa tinggi meningkatkan radikal bebas dalam tubuh. Selain itu juga menyebabkan toxic glukosa yang dapat merusak sel beta pankreas. Sementara sel ini memiliki tugas penting untuk mengeluarkan insulin.

"Selain diabet, makanan atau minuman yang tinggi gula juga dapat merusak endotel pembuluh darah yangg dapat mengakibatkan aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah," kata Zaqqi, Rabu, 5 April 2023. 

Resahkan Warga Kota Malang, Polisi Tangkap Seorang Duda Pelaku Eksibisionis

Perawat spesialis medikal bedah UMM itu menjelaskan bahwa potensi penyakit diabetes kini semakin meningkat. Bahkan menurut penelitian dari International Diabetes Federation, diprediksi pada tahun 2030 Indonesia akan menjadi peringkat 6 negara dengan penderita diabetes terbanyak. 

Ada beberapa faktor pemicunya, yakni kebiasaan jajan minuman kekinian tersebut kian tak sehat apabila ditunjang pola makan tinggi kalori. Di antaranya nasi goreng, mi instan, makanan cepat saji, dan makanan berpengawet lainnya. Kebiasaan menambah rasa dan toping pada makanan dan minuman juga menjadi pemicu. 

“Tak cuma kopi dan boba, aneka minuman kemasan, termasuk jus dan minuman berkarbonasi lainnya juga mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Bahkan melebihi dari kebutuhan harian maksimal orang dewasa,” ujar Zaqqi. 

Zaqqi menuturkan, meski dapat memicu bukan berarti masyarakat tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman favorit. Selama tidak rutin dan bsia membatasi diperbolehkan bagi kesehatan asal sesuai takaran. Masyarakat juga diminta membaca kandungan nilai gizi yang tertera di kemasan. Dengan begitu, mereka bisa mengatur makanan apa saja yang bisa dimakan secara rutin dan makanan mana saja yang harus dibatasi. 

“Sebaiknya masyarakat memperbanyak konsumsi sayur dan buah. Pun dengan minuman yang mengandung 0 kalori seperti air putih, kopi, serta teh tanpa gula,” tutur Zaqqi.