Inpres Bakal Pengaruhi MICE, Hotel dan Resto di Kota Batu Berpikir Keras Demi Bertahan

Ketua PHRI Kota Batu, Sujud Hariadi.
Sumber :
  • VIVA Malang / Galih Rakasiwi

Batu, VIVA – Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2025 berdampak signifikan pada sektor pariwisata, khususnya perhotelan di Kota Batu.

Direktur Selecta Kembali Pimpin PHRI Kota Batu Usai Terpilih Aklamasi

Kebijakan itu mengharuskan pemerintah untuk mengurangi belanja perjalanan dinas, termasuk kegiatan rapat dan acara yang biasanya diselenggarakan di hotel.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu, Sujud Hariadi, mengungkapkan bahwa pengurangan tersebut mencapai hampir 50 persen untuk kegiatan yang melibatkan hotel. Diantaranya, Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition atau MICE

SD Rusak di Jombang Akan Dibenahi dari Anggaran APBD 2025 Senilai Rp4 Miliar

"Pengurangan itu hampir 50 persen dari kegiatan, terutama di kementerian yang biasa menggelar rapat di hotel. Teman-teman di Batu sudah banyak yang mengalami pembatalan kegiatan. Ini tentu membuat sektor pariwisata, baik hotel maupun restoran, semakin berat ke depannya," ujarnya, Kamis 6 Februari 2025.

Meskipun demikian, PHRI Kota Batu tetap optimistis. Sujud menegaskan bahwa pihaknya tengah berupaya mencari alternatif pasar, agar tidak hanya bergantung pada tamu dari kalangan pemerintahan.

Eksibisionisme Bikin Resah, Polres Batu Imbau Korban Segera Melapor

"Kami akan bekerja sama dalam promosi pariwisata, sehingga tamu hotel tidak hanya berasal dari instansi pemerintah, tetapi juga dari sektor korporasi dan wisatawan reguler," kata Direktur Selecta ini.

Sujud menambahkan bahwa dampak Inpres ini bervariasi di setiap hotel, dengan pengurangan tamu dari sektor pemerintahan berkisar 20 hingga 50 persen. Sementara itu, segmen corporate dan wisatawan reguler masih cukup stabil, terutama pada akhir pekan.

"Kalau tamu reguler biasanya datang di akhir pekan, dari Jumat hingga Minggu. Namun, untuk mengisi okupansi di hari Senin hingga Kamis, kami selama ini mengandalkan kegiatan dari instansi pemerintah," tuturnya.

Untuk mengatasi dampak kebijakan ini, setiap perusahaan di Kota Batu mendorong karyawannya agar lebih kreatif dalam menarik wisatawan. Salah satu langkah yang ditempuh seperti dari pihaknya yaitu PT Selecta adalah menawarkan paket wisata menarik bagi corporate dan wisatawan reguler.

"Misal di tempat kami Selecta akan menjalin kerja sama lebih erat dengan travel agent serta melakukan promosi ke berbagai daerah. Pada awal Ramadan nanti, tim sales akan bergerak ke Jawa Tengah dan Jawa Barat untuk menarik wisatawan ke Kota Batu," tuturnya.

Sujud juga mengingatkan bahwa hukum ekonomi tetap berlaku dalam situasi ini. Penurunan tarif hotel mungkin tidak dapat dihindari, tetapi ia berharap pelaku usaha tetap menjaga keseimbangan agar harga tidak jatuh terlalu dalam.

"Kami tidak bisa memaksakan harga minimal untuk hotel berbintang empat, misalnya. Mekanisme pasar tetap berjalan. Namun, kami mengimbau agar jangan sampai terjadi perang harga yang bisa merugikan industri perhotelan sendiri," katanya.

Dengan berbagai tantangan yang ada, pelaku usaha perhotelan dan restoran di Kota Batu berharap upaya promosi yang lebih agresif dapat menjaga jumlah kunjungan wisatawan. Mereka juga meminta dukungan dari pemerintah daerah untuk memperkuat daya tarik Kota Batu sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia.

"Kami optimistis Kota Batu tetap diminati wisatawan. Yang penting, kita harus terus berinovasi dan memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak. Bantuan Pemkot Batu dalam upaya promosi juga sangat penting dan bisa membantu para pelaku usaha wisata," katanya.

Sementara itu, Direktur Hotel Senyum, Suryo Widodo, menyampaikan bahwa dampak kebijakan ini berbeda di setiap properti. Ia menuturkan bahwa tamu dari instansi pemerintah di hotelnya tidak lebih dari 10 persen, sehingga dampaknya tidak terlalu besar.

"Di tempat kami, pengunjung didominasi oleh rombongan keluarga dan corporate. Jadi meskipun ada penurunan dari segmen government, dampaknya tidak terlalu signifikan," ujarnya.

Namun, ia mengakui bahwa hotel lain yang lebih bergantung pada tamu dari instansi pemerintah mungkin akan merasakan dampak lebih besar. 

"Oleh karena itu, diversifikasi pasar menjadi kunci agar industri perhotelan di Kota Batu tetap bertahan," tuturnya.