Hore! APBN Surplus!
Malang – Sepanjang bulan Juni 2022, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tercatat surplus sebesar Rp 76,3 triliun atau 0,39 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal tersebut diungkapkan oleh Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Edy Priyono.
Edy menjelaskan, hal tersebut merupakan cerminan kegiatan ekonomi Indonesia yang semakin baik.
"Salah satu indikator untuk melihat kegiatan ekonomi berjalan baik adalah capaian penerimaan pajak," kata dia.
Edy menuturkan, untuk realisasi pendapatan negara pada Juni 2022, sektor penerimaan pajak menyumbangkan Rp 868,3 triliun atau naik 55,7 persen secara year on year (yoy).
“Capaian penerimaan pajak ini membuktikan kegiatan ekonomi Indonesia semakin baik, dan menjadikan probabilitas kemungkinan terjadinya resesi di Indonesia semakin jauh,” kata Edy.
Saat ini, kata Edy, kondisi ekonomi Indonesia stabil. Sebab, Pemerintah berhasil mengendalikan laju inflasi imbas dari ketidakpastian ekonomi global.
Meski demikian, Edy mewanti-wanti agar situasi tersebut tidak menjadikan Indonesia jumawa dan lengah. Terlebih, terkendalinya inflasi saat ini bukan karena terkontrolnya harga-harga komoditas. Melainkan adanya intervensi Pemerintah.
“Intervensi itu dilakukan dalam bentuk penyaluran subsidi, terutama di sektor energi. Nilainya mencapai lima ratus triliun rupiah lebih. Ini yang saat ini benar-benar dijaga oleh pemerintah agar subsidi tidak jebol,” jelas dia.
Sementara itu, untuk realisasi pendapatan negara per Juni 2022 mencapai Rp 1.317,2 triliun atau tumbuh 48,5 persen (yoy). Pendapatan tersebut, ditopang oleh penerimaan pajak sebesar Rp 868,3 triliun atau naik 55,7 persen.
Kemudian kepabeanan dan cukai Rp167,6 triliun atau naik 37,2 persen yoy , serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp281 triliun atau naik 35,8 persen (yoy).
Sedangkan, realisasi belanja negara pada Juni 2022 sebesar Rp1.243,6 triliun atau naik 6,3 persen (yoy), dengan rincian belanja pemerintah pusat Rp876,5 triliun atau naik 10,1 persen (yoy). Dan TKDD Rp367,1 triliun atau turun 1,8 persen (yoy).