Botani Flora, Jembatan Petani Tanaman Hias Kota Batu Arungi Pasar Global

Andri tunjukan tanaman Agave Titanota yang diminati warga Jepang.
Sumber :
  • Viva Malang/Galih Rakasiwi

Batu, VIVA – Kolaborasi antara petani yang berdedikasi dan supplier yang visioner membawa angin segar yang berarti. Terbukti, tanaman hias hasil budidaya petani Kota Batu mampu merambah pasar mancanegara di tengah ketatnya persaingan global.

Sesuaikan Kantong Mahasiswa, Sedjuk Bakmi Cabang Malang Pilih Turunkan Harga

Seperti yang dilakukan oleh Botani Flora di bawah naungan CV Botani Flora Indonesia (BFI) yang beralamat di Jalan Ruran RT 7 RW 1, Dusun Cangar, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji. Usaha yang bergerak dalam budidaya dan supplier tanaman hias antar negara tersebut sukses menjembatani kesenjangan petani lokal dengan pasar global.

Berkat peran vitalnya, tak sedikit tanaman hias asal Kota Batu yang menjadi hiasan di rumah, apartemen, dan taman-taman di benua Asia, Eropa, hingga Amerika. Dibalik keindahan bunga dan dedaunan memukau, terdapat peluang ekspor cukup cerah dan terbukti bisa memberdayakan petani dan mendorong UMKM lebih berdaya.

Pemerintah Kota Batu Raih Anugerah Revolusi Mental 2024

Pemilik Botani Flora, Slamet Trias Andriansyah (39 tahun) mengatakan dalam era globalisasi, tanaman hias tidak hanya menjadi dekorasi indah untuk hiasan para penikatmnya, tetapi bisa menjadi sumber potensi ekonomi yang menggiurkan. 

"Sekarang kebutuhan akan tanaman hias telah meluas. Hal ini menciptakan permintaan yang stabil dan berkelanjutan. Berbagai jenis dan variasi memiliki peluang sama untuk diekspor," kata pria yang akrab disapa Andri itu, Jumat, 23 Februari 2024.

Bawaslu Kota Batu Tangani Dugaan Pelanggaran Administrasi hingga Pidana

Kunci utama Botani Flora sukses seperti sekarang yaitu dengan cara membangun kemitraan kokoh bersama puluhan petani di sekitar Kota Batu.

"Kemitraan merupakan hubungan strategis saling menguntungkan kedua belah pihak. Kami memiliki tugas masing-masing, para petani menyediakan bahan atau hasil budidaya, selebihnya Botani Flora fokus memasarkannya," ujar Andri. 

Peluang Tanaman Hias di Pasar Dunia sangat terbuka

Andri sangat optimis industri tanaman hias di pasar dunia memiliki prospek cerah di masa depan. Rata-rata, dalam satu bulan, Botani Flora mampu melayani pengiriman 10 hingga 15 kali.

"Keuntungan yang diperoleh sekitar Rp50 juta Rp100 juta perbulan, bahkan saat pandemi pernah menyentuh Rp200 juta. Kami juga tak membatasi adanya pesanan, eceran maupun grosir tetap kita layani," katanya.

Jenis tanaman yang menjadi idola 

Permintaan jenis tanaman hias cukup beragam dan bervariasi di setiap negara. Faktor yang mempengaruhi yaitu budaya, iklim, dan tren pasar lokal. Dari semua jenis, ada lima tanaman yang menjadi idola di pasar global antara lain anthurium, philodendron, agave, sansevieria, dan bibit buah. 

"Contohnya di Jepang, agave titanota menjadi salah satu tanaman paling diminati karena bentuknya unik dan kemampuan bertahan cukup bagus. Lalu di Amerika menyukai anthurium, philodendron, dan sansevieria. Begitu juga bibit buah yang menjadi primadona di Uni Emirat Arab. Jadi permintaan setiap negara berbeda-beda," ujarnya.

Begitu juga untuk harga jual, setiap jenis sangat bervariasi, tergantung dari keunikan, kelangkaan, dan performa atau tampilan tanaman. Harga termurah berkisar 20 dollar Amerika, yaitu bibit buah. Berbeda lagi dengan jenis anthurium, sansevieira, philodendron, dan agave. Perpohon harga jual bisa menyentuh 1.500 hingga 2.500 dollar Amerika.

"Saya juga pernah menjual satu pohon ke Amerika Serikat dengan harga 5.000 dollar Amerika. Kenapa sangat mahal karena pohonnya memiliki keunikan warna dan mengalami mutasi genetik sehingga jarang yang punya. Dari situ harga pun jadi melambung tinggi," tuturnya.

Pemasaran dan promosi 

Andri menambahkan, keberadaan media sosial telah memainkan peran penting dalam memperluas eksposur tanaman hias mancanegara. Belum lagi kemajuan teknologi e-commerce yang mampu memudahkan akses bagi konsumen.

"Untuk memperluas jangkauan pemasaran kami juga memanfaatkan teknologi, sebab inovasi harus terus dilakukan. Seperti membuat website, membuat akun-akun di media sosial, menawarkan produk-produk di grup medsos, dan sebagainya. Dari situ terbukti ada saja pesanan masuk," katanya.

Pemecatan membuatnya bangkit 

Ada cerita kelam sebelum Andri menapaki kesuksesan. Kisah hidupnya penuh dengan tantangan, dulu Andri tercatat sebagai karyawan di salah satu hotel bintang empat di Kota Batu. Namun ia dipecat pada tahun 2012 silam, kala itu dia merasa kehilangan arah dan motivasi.

Di tengah keputusasaan, Andri menemukan cahaya harapan dalam dirinya. Dorongan untuk mencoba hal baru membawanya kepada petualangan yang tak terduga yaitu menekuni hobi dan menjadi petani tanaman hias. 

"Jujur awalnya tidak yakin dengan keputusan yang saya ambil, tapi bagaimana lagi tidak ada pilihan. Dengan modal seadanya saya memberanikan diri jual beli tanaman di tingkat lokal," katanya.

Modal seadanya tak menyurutkan tekad kuat dan semangat dirinya. Jatuh bangun kerap dialami dan malah menjadi motivasi. Kemudian pada tahun 2021, Andri pun mampu membangun Botani Flora setelah mengikuti beberapa seminar ekspor impor. Tahap itulah yang menjadi titik terang usaha yang ia geluti dan mampu merekrut beberapa pekerja.

"Setiap orang memiliki peran dan jalan masing-masing. Intinya harus tetap semangat, semoga kedepan muncul regenerasi petani-petani dari kalangan anak-anak muda. Pesan saya jangan malu bertani dan berusaha," tuturnya.