Simbol Duka, Aremania Nyalakan Lilin di Depan Stadion Gajayana
- Viva Malang
Tidak lama kemudian, lalu lalang Aremania saling mengevakuasi rekannya menuju ruang lobby stadion. Kepanikan jelas terlihat diwajah mereka. Sebagian dari mereka yang digotong oleh Aremania dalam kondisi kaku dan meninggal dunia.
Tim medis yang disediakan saat itu tidak cukup untuk merawat ratusan Aremania. Beberapa jurnalis bahkan juga ikut melakukan pertolongan. Sebagian besar sesak nafas karena gas air mata dan sebagian luka-luka karena terinjak-injak.
Dari 125 sekitar 30 suporter meninggal di Kanjuruhan, dan sisanya meninggal di rumah sakit.
Pandangan mata kami, jenazah Aremania saat itu berada di sudut-sudut lobby stadion. Dimulai di pintu masuk VIP sebelah selatan, di pintu tengah VIP, di depan ruang ganti pemain, musala, ruang kesehatan bahkan ada pula di lapangan sepak bola. Kondisinya, mereka ditutup dengan alat seadanya, banner, kain, kardus atau sebagainya.
"Gimana bukan pembantaian, gas air mata ditembakan, tapi pintu ditutup. Banyak orang mati disana. Advokasi kita siapkan bersama yang lain juga. Kita bersama-sama mencari keadilan seadil-adilnya," ujar Ambon Fanda.
Saat ini, Aremania sedang membentuk tim advokasi untuk mengusut tuntas kasus ini. Aremania menuntut polisi profesional dan segera menetapkan tersangka atas kematian ratusan Aremania. Sebagai simbol perlawanan mereka mengibarkan bendera setengah tiang selama 7 hari di sudut-sudut Malang.