Jokowi Dianggap Punya Capres Anak Emas dan Capres Anak Tiri

Peneliti Ahli Utama BRIN, Prof Siti Zuhro.
Sumber :
  • Viva Malang/Uki Rama

Malang, VIVAPeneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Siti Zuhro menyebut ada perbedaan dalam Pemilihan Umum 2019 dan 2024 mendatang. Pada 2019 lalu Presiden Joko Widodo berstatus petahana. 

Nama Moreno Soeprapto dan Rimzah Muncul Dalam Calon Wali Kota Malang dari Gerindra

"Contoh munculnya calon di 2019 karena ada incumbent. Otomatis cuman ada 1 calon yang berani," kata Siti, Sabtu, 12 Agustus 2023. 

Sementara di 2024 ini tidak ada lagi calon presiden petahana. Menurut pandanganya dalam situasi saat ini seharusnya calon-calon yang muncul dibiarkan bertumbuh kembang. Petahana yang sudah tidak lagi maju diharapkan tidak ikut cawe-cawe. 

Diganjar Pemuda Inspiratif, Fairouz Huda : 'Saya Persembahkan Untuk Ibu Khofifah dan Mas Emil'

"Saat ini justru karena tidak ada incumbent. Bermunculanlah calon-calon. Harusnya dibiarkan mestinya tumbuh kembang, tapi ketika ada cawe-cawe selesai itu," ujar Siti. 

Siti menuturkan keberpihakan politik Jokowi pada Capres tertentu sangat berbahaya. Sebab, keberpihakan presiden akan menimbulkan Capres anak emas dan Capres anak tiri. Padahal demokrasi menuritnya duduk sama rata berdiri sama tinggi. 

Bawaslu Kota Batu Buka Pendaftaran Panwascam, Simak Ini Syarat dan Jadwalnya

"Ini kemewahannya, kita orang yang biasa-biasa saja bisa sama. Jangan lupa pak jokowi berasal dari orang biasa bukan yang dari atas banget. Kemudian dia diangkat dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta sampai presiden. Sama dengan calon yang lain toh masyarakat belum tentu memilih," tutur Siti. 

Dia menuturkan masyarakat dapat melihat dengan jelas Capres anak emas dan Capres anak tiri. Semua itu dipertontonkan dengan gamblang. Siti menganggap apa yang dilakukan oleh Jokowi cukup aneh karena Jokowi diketahui adalah kader PDI Perjuangan namun dia juga dekat dengan Capres tertentu yang berbeda partai. 

Halaman Selanjutnya
img_title