Saat Mahasiswa UMM Pakai Pita Hitam Untuk 40 Hari Tragedi Kanjuruhan

Mahasiswa UMM Gunakan Pita Hitam
Sumber :
  • Humas UMM.

Malang – Sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memakai pita hitam sejak 9 hingga 10 November 2022. Pita hitam sebagai simbol duka atas Tragedi Kanjuruhan yang telah membuat 135 Aremania dan Aremanita meninggal dunia dan 600 lebih mengalami luka-luka. 

Atlet Nasional Dukung Paslon NH, Dari Pembalap Downhill hingga Mantan Punggawa Timnas

Wakil Rektor II UMM, Nazaruddin Malik mengatakan tragedi kanjuruhan menjadi momen untuk koreksi diri dan mawas diri. Apalagi sebagai bangsa besar, seharusnya peristiwa semacam tersebut tidak boleh terjadi di Indonesia.

"Tragedi tersebut tidak akan pernah ditolerir karena menunjukkan tingkat peradaban kemanusiaan bangsa Indonesia," kata Nazar. 

Arema FC Ingin Teruskan Catatan Kemenangan di Stadion Soepriadi Blitar

Nazar menuturkan Muhammadiyah melekat dengan jiwa pengorbanan untuk membangun kemajuan peradaban. UMM berupaya untuk berperan dalam membangun berbagai aspek kehidupan bangsa. Sehingga mampu mencapai peradaban yang maju.

“Kita semua tentu berduka di hari Pahlawan tahun ini karena hilangnya nyawa ratusan nyawa Aremania. Maka tragedi ini harus diusut tuntas hingga menemukan titik terang dan dijadikan sebagai pelajaran untuk berbenah bagi seluruh elemen bangsa,” ujarnya. 

Rumput Stadion Soepriadi Kian Ciamik, Arema FC Buru Kemenangan Perdana di Kandang

Nazar, menjelaskan bahwa UMM secara kultural sangat dekat dengan Aremania. Hal itu tidak lepas dari adanya koordinator wilayah (Korwil) Aremania Kampus Putih yang menjadi ikon pembangunan budaya dan peradaban Malang raya.

Sementara itu, mahasiswa Teknik Sipil UMM Kaniala Intan, menilai peristiwa Kanjuruhan merupakan hal yang membuat masyarakat sedih dan pilu. Terlalu banyak korban yang jatuh hanya karena ingin menonton pertandingan sepak bola.

“Banyak kerugian yang diakibatkan baik secara materail maupun moral. Saya juga yakin para keluarga korban masih merasakan duka mendalam karena kehilangan. Meski terus berjalan, namun proses peradilan kurang maksimal, bahkan ada beberapa oknum yang melindungi,” tutur Intan.