MAS24 Lahirkan 10 Rekomendasi Untuk Pemerintah Demi Kesetaraan Anak Berkebutuhan Khusus
- VIVA Malang / Uki Rama
Malang, VIVA – Sekira 3 ribu peserta mengikuti konferensi internasional Malang Autism Summit 2024 (MAS24) yang digelar sejak Kamis, 3 Oktober 2024 hingga Sabtu, 5 Oktober 2024 di Malang Creative Center (MCC). Clinical Director Penawar Special Learning Centre Malaysia, Dr Ruwinah Abdul Karim hingga Founder Beloved Kanti Therapy Center Malang, Amelia Aziz Daeng turut menyemarakan kegiatan ini.
Dipenutupan MAS24 ada 10 resolusi bagi Pemerintah Indonesia atas kondisi darurat autisme. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (RI) saat ini, terdapat 2,4 juta anak autis. Data World Health Organization (WHO), 1 dari 100 anak yang lahir, adalah anak autis. Jumlah ini berpeluang terus bertambah dari waktu ke waktu.
"Saya rasa perjuangan ini tidak boleh berhenti sampai disini sehingga resolusi ini diharapkan bisa menggerakan kita semua mulai pemerintah orang tua, masyarakat, dunia pendidikan dan kesehatan untuk gerak bersama membantu membangkitkan kekuatan anak anak spesial ini," kata Amelia A Daeng.
Untuk 10 poin Resolusi MAS24 tersebut adalah;
1. Meningkatkan Program Deteksi dan Diagnosis Dini. Yakni menerapkan program pelatihan berskala nasional bagi tenaga kesehatan guna meningkatkan diagnosis dini terhadap gangguan spektrum autisme (ASD) pada anak-anak, serta memastikan intervensi dan dukungan yang tepat waktu.
2. Mengintegrasikan Pelatihan Mengenai Autisme dalam Kurikulum Medis. Yakni, mendorong pengintegrasian pelatihan khusus autisme dalam kurikulum kedokteran, keperawatan, terapi okupasi, dan psikologi untuk mempersiapkan tenaga kesehatan di masa depan dalam menangani kebutuhan unik individu autistik.
3. Memperluas Akses Pendidikan Khusus. Dengan mendorong pendirian lembaga pendidikan khusus autisme lebih banyak dan mendukung terciptanya kelas inklusif dengan membekali guru melalui pelatihan khusus dan sumber daya yang memadai.
4. Memperluas Pelatihan Guru Tentang Autisme. Yaitu, memperkenalkan pendidikan yang ramah bagi individu autistik secara wajib serta memperkenalkan teknik manajemen kelas di program pelatihan untuk guru agar para pendidik siap mendukung siswa dengan spektrum autisme.
5. Seruan Secara Menyeluruh Untuk Penelitian dan Pengembangan (R&D) Mengenai Autisme. Seruan tersebut ditujukan kepada lembaga akademik, badan penelitian medis, lembaga pemerintah, dan sektor swasta untuk memperdalam pemahaman serta meningkatkan dukungan bagi individu dengan spektrum autisme.
6. Intevensi Dini Dalam Perawatan. Dengan memastikan akses yang terjangkau untuk perawatan, seperti terapi okupasi, terapi perilaku, dan terapi wicara bagi semua keluarga yang terdampak.
7. Kolaborasi Lintas Disiplin untuk Perawatan Holistik. Membangun kerangka kerja untuk kolaborasi berkelanjutan antara tenaga kesehatan, pendidik, dan terapis guna memberikan perawatan terpadu yang berpusat pada individu autistik.
8. Merumuskan kebijakan Pemerintah untuk Dukungan Jangka Panjang. Mendorong pembentukan kebijakan nasional yang menjamin dukungan berkelanjutan bagi individu autistik sepanjang hidup mereka, dengan penekanan pada layanan kesehatan, pendidikan, dan intergrasi komunitas setelah melewati masa kanak-kanak.
9. Meningkatkan Kesempatan Bekerja. Bekerja sama dengan sektor industri untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif bagi individu autistik, menyediakan program pelatihan keterampilan, dan menjamin akses mereka terhadap pekerjaan yang layak dan bermakna.
10. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat. Serangkaian kampanye edukasi yang berkelanjutan untuk mengurangi stigma dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang autisme, dengan fokus pada keragaman individu di dalam spektrum autisme.
Sementara itu, Clinical Director Penawar Special Learning Centre Malaysia, Ruwinah Abdul Karim mengatakan bahwa perjuangan mewujudkan kesetaraan bagi anak anak autis maupun anak berkebutuhan khusus belum berakhir.
"Saya bermimpi ada hari dimana anak anak autism diberi kesempatan yang sama, dihargai dan dicintai tanpa syarat," kata Ruwinah.
Ruwinah berpesan kepada para guru, aktivis, praktisi medis hingga orang tua agar tetap berjuang memberikan kasih sayang kepada anak anak berkebutuhan khusus layaknya anak anak lainnya. Bimbingan mereka adalah cahaya bagi anak anak berkebutuhan khusus.
"Mereka tak butuh belas kasihan, mereka hanya butuh kesempatan untuk bersinar dan menjalani hidup yang bermartabat," tutur Ruwinah.