Lebih Dekat dengan Amir, Home Brewer asal Kota Batu yang Mampu Jadi Juara II IAC 2023

Amirudin Arief mengikuti kejuaraan IAC 2023 tingkat nasional.
Sumber :
  • Viva Malang/Galih Rakasiwi

Batu, VIVA – Banyak orang tak menyangka, dibalik kesederhanaannya Amirudin Arief warga Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu ini berhasil meraih Juara II di Indonesia AeroPress Championship (IAC) 2023. 

Pameran Tunggal 'Tamasya' Karya Totarist Sosial Merbawani

Untuk kesehariannya, Amir membuka usaha kopitiam Masiga yang berlokasi di area Batu Tourism Mall (BTM). Juga menjadi business development yang berfokus di bidang kopi dan training barista. 

Pria kelahiran Malang, 23 Agustus 1989 ini tampil di IAC 2023 tingkat nasional setelah menjuarai IAC 2023 tingkat regional. Menurut Amir, sapaan akrabnya, IAC adalah even tahunan yang selalu dinantikan.

Pameran Tunggal 'Tamasya' Karya Totarist Sosial Merbawani di Kota Batu

"Nah secara kebetulan tahun ini saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Kejuaraan IAC 2023 yang diadakan oleh Kopifest dan Otten Coffee," kata Amir, Rabu, 1 November 2023.

Ketika mengikuti IAC di region Semarang Amir mampu meraih Juara I, lalu mewakili region Semarang untuk final nasional yang di adakan di Mall Kota Kasablanka pada tanggal 4-5 Oktober 2023. Saat final round dirinya mendapatkan posisi 2nd.

Tegas, Pj Wali Kota Batu Evaluasi Serapan Anggaran Rendah 10 OPD

"Meski belum bisa menjadi yang pertama dan mewakili Kota Batu bertanding di WAC 2023 Melbourne Australia saya merasa senang dan cukup lega. Kedepan saya akan tetap semangat dan berjuang agar kedepan bisa menjadi yang terbaik. Terpenting bisa menjadi motivasu teman-teman lain," tuturnya.

Dalam event tersebut, banyak pengalaman dan cerita bagi dirinya, salah satunya bukan melulu tentang juara atau menang dan kala namun bagaimana bisa saling menghormati dan support sesama brewer atau barista dan apapun itu posisi dan kondisinya.

"Serta membuat saya lebih bisa lagi menghargai setiap proses buat menuju ke tingkat nasional. Namun dibalik perjalan mengikuti event tingkat nasional tersebut ada jalan terjal yang harus saya lalu," ujarnya.

Cerita berawal pada tahun 2016 ketika menjadi langkah pertamanya mengenal industri kopi. Kala itu dia berangkat bersama rekan-rekannya yang melihat potensi tersembunyi di tempatnya. Yakni pertanian kopi yang tersembunyi di rimbunnya dan tingginya pohon pinus yang berada di wilayah lereng Gunung Banyak, Dusun Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu. 

"Sebagai warga lokal, melihat potensi pertanian yang tak tersentuh akibat hanya menjadi tanaman tumpang sari atau hanya dibiarkan begitu saja oleh petani serta menunggu musim panen kemudian dijual dengan harga tengkulak begitu saja membuat saya greget," tuturnya.

Dirinya pun mendekati dan mendampingi petani kopi yang ada di lereng Gunung Banyak yang tak jauh dari rumahnya. Hanya 5 menit saja dengan mengendarai sepeda motor. 

"Seingat saya waktu itu tahun 2017. Saya melihat potensi kopi yang ada di Songgoriti yang tidak dimaksimalkan petani. Mulai dari hulu ke hilir atau penanaman, perawatan, pemasaran hingga penjualan," katanya.

Sebagai home brewer, tentu ia tahu dan paham betul cara menyeduh kopi yang memiliki nilai. Kopi memiliki nilai atau harga jual dilihat dari proses perawatan dari petani. Karena itulah, dengan modal keberanian ia mendekati petani dengan mengajak bicara. Dari hati ke hati dengan menyeduh secangkir kopi agar suasana lebih cair.

"Memang benar tidak mudah mengajak petani. Apalagi kopi bagi mereka bukan jadi pertanian (ekonomi) utama. Hanya jadi pertanian tumpang sari dibawah tingginya pohon pinus. Sehingga bagi petani, kopi hanya jadi keuntungan tambahan dari peternakan atau pertanian lainnya," katanya.

Dari situlah ia mendekat dan mencoba mengedukasi petani. Awalnya ia ditolak. Tapi karena keyakinan dan kegigihannya ia berani berkorban. Dengan memberi kopi petani diatas rata-rata. Sampai-sampai Arief yang pernah bekerja sebagai teknisi alat berat di Tembagapura ini menjual sepeda motornya.

Saat itu ia membeli kopi green been dari petani dengan harga Rp60 ribu per Kg. Padahal petani menjual kopi ke tengkulak seharga Rp20 hingga Rp30 ribu. Ia berani membeli kopi tersebut, tentu dengan beberapa syarat yaitu petani harus benar-benar merawat kopinya. 

"Petani akhirnya mau dengan harga yang saya tawarkan. Dari situlah saya mulai tertarik untuk mengembangkan petani kopi agar mereka bisa berdaya. Tak hanya melalui penjualan kopi, tapi juga melalui sektor wisata dengan edukasi kopinya," katanya. 

Seiring berjalannya waktu, Ia membuat kopi yang dibranding sendiri. Kopi Songgoriti itu dinamainya Macan Jawara. Bukan tanpa alasan ia membuat nama tersebut. Tapi karena ia ingin merubah mindset banyak orang tentang Songgoriti Gang Macan yang dianggap negatif. 

Sampai saat ini produk kopi tersebut tetap Ia produksi. Namun untuk memesan kopi yang ia buat, konsumen harus pesan secara by order. Dari rangkaian perjalan dirinya terjun ke industri kopi, Amir memulai dari hulu. Hal itu Ia lakukan dirinya benar-benar menikmati lika-liku industri kopi yang sangat kompleks.  

"Dari perjalan yang terbilang singkat tersebut menjadi motivasi saya untuk bisa memberikan yang terbaik dalam event-event selanjutnya. Utamanya busa mewakili saya di kelas World AeroPress Championship (WAC) tahun selanjutnya," tuturnya. 

Terbaru dalam event Jogja Nature Camp pada 21-22 Oktober 2023, Ia berhasil meraih Juara I Aero Press Competition. Bersama dua rekannya (Tim) Arief berhasil membawa pulang uang Rp10 juta.