Berkah Idul Adha, Perajin Tusuk Sate di Jombang Kebanjiran Cuan Puluhan Juta

Pembuatan tusuk sate di Jombang
Sumber :
  • Elok Apriyanto / Jombang

Jombang, VIVA – Hari raya Idul Adha tahun ini yang jatuh pada 29 Juni 2023, tinggal menunggu hitungan hari. Momen Idul adha atau lebaran kurban itu, membawa berkah bagi sebagian masyarakat.

Perjuangan Pelajar SD Negeri di Jombang Tempuh Jarak Belasan Kilometer Demi Ikuti ANBK

Seperti yang dialami Heru Subandi (53 tahun) perajin tusuk sate asal Dusun Sedamar, Desa Talunkidul, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Pada momen lebaran kurban tahun ini, ia kebanjiran pesanan. Bahkan pesanan khusus edisi kurban, naik hingga 3 kali lipat.

Sumrambah Kunjungi IKM di Jombang yang Tembus Pasar Eropa

Ditemui di rumahnya, Heru mengaku menekuni usaha pembuatan tusuk sate dan tusuk cilok ini, sejak 15 tahun yang silam. Dan pada momen Idul Adha biasanya memang ramai pesanan.

"Saya ini produksi tusuk sate dan tusuk cilok. Biasanya menjelang hari raya kurban banyak yang butuh. Pesanan naik 2 sampai 3 kali lipat dibandingkan hari biasa," kata Heru, pada Jumat, 23 Juni 2023.

Imbas Rehab Gedung Banyak Orangtua Enggan Sekolahan Anak di SDN Kepuhkembeng 3 Jombang

Dengan memanfaatkan area belakang rumah, Heru mampu menyerap belasan pekerja. Rata-rata pekerjanya merupakan warga setempat. Dan memiliki beberapa peran dalam usaha pembuatan tusuk sate tersebut.

"Ada belasan karyawan, berbagi peran. Ada yang memotong bambu, membelah bambu jadi kecil-kecil, menjemur, membakar dan mengemas," ujarnya.

Untuk membuat tusuk sate atau tusuk cilok ini, Heru mengaku menggunakan bambu dengan jenis khusus. Yang ia datangkan dari luar Jombang. Hal ini dilakukan lantaran untuk menjaga kualitas tusuk sate.

"Bahan bakunya diambilkan khusus. Bambu ori asal Ponorogo itu lebih kuat dan lebih putih dibandingkan bambu-bambu lainnya," tuturnya.

Dalam sekali order, bambu yang ia datangkan dari Ponorogo itu. Jumlahnya tidak sedikit. Dan bambu itu ludes menjadi tusuk sate hanya dalam waktu 2 hari.

"Satu truk bambu itu dua hari, habis. Hasilnya ya ada sekitar 5 kuintal tusuk sate," ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk membuat tusuk sate atau tusuk cilok ini, mula-mula bambu dibelah jadi dua. Terus dibelah sampai berukuran 20 centimeter.

Selanjutnya, bambu berukuran 20 sentimeter itu, diserut sampai berbentuk lidi. Proses itu dilakukan dengan mesin.

"Tusuk sate ini lantas dijemur di bawah terik matahari, dan dilanjutkan dengan tahap pengovenan. Pemanasnya memakai arang. Setelah itu dihaluskan lagi dan dikemas," katanya.

Ketika ditanya soal harga, Heru mengaku harga yang dibandrol cukup terjangkau. Biasanya ia menjual tusuk sate, dengan satuan kilogram.

"Per kemasan ukuran kecil seberat 2,5 ons saya jual dari harga Rp4.500 hingga Rp5.000 . Kalau ukuran besar per kilogram saya jual Rp12.500," tuturnya.

Tak heran, bila pada musim Idul Adha seperti tahun ini, Heru bisa meraup cuan puluhan juta rupiah. 

"Dalam sebulan omzetnya tembus 60 juta rupiah," ujar Heru.