Bantu Tragedi Kanjuruhan, UMM Bentuk Tim Khusus Untuk Pendataan Korban

Trauma Support Mobility UMM
Sumber :
  • Istimewa

Selain itu, UMM juga menerjunkan tim medis dan psikologis yang bertujuan mendampingi, menemani, mendengarkan keluh kesah keluarga korban serta memberikan pelayanan psikologis.

Kembangkan Agro Pangan, Kadin Batu Jajaki Investasi dengan Perusahaan Belanda

Dalam tim tersebut, juga tergabung dalam gerakan trauma support mobility yang telah melaksanakan bantuan dan kordinasi bersama dengan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Muhadjir Effendy, Kamis 6 Oktober 2022.

Selain tim UMM, gerakan trauma support mobility juga diisi oleh tim dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Malang, HIMPSI Malang, Save the Children, Maharesigana UMM, MDMC, UIN Maulana Malik Ibrahim, Universitas Merdeka, Universitas Brawijaya dan sederet lainnya. Hadir pula perwakilan dari BTS ARMY Help Center Indonesia yang akan mendukung proses trauma support.

Ini Sosok Calon Wali Kota Malang yang Dicari PKB Untuk Pilwali 2024

Muhadjir menilai bahwa tim gabungan ini merupakan upaya yang bagus untuk mengatasi insiden di Kanjuruhan. Berbeda dengan korban fisik yang bisa diukur dan diperkirakan sembuhnya, cedera korban mental lebih sulit untuk dihitung dan diidentifikasi. Bahkan bukan hanya korban saja, tapi juga kerabat dan keluarga yang ditinggalkan.

“Kemarin saya sempat menemui bapak dari korban meninggal. Dua anaknya terenggut dalam insiden Kanjuruhan. Tentu, membantu dari sisi psikologis juga penting dan menyasar bukan hanya korban yang menonton, tapi juga para keluarga yang ditinggalkan,” tambahnya.

Wakil Ketua DPRD Jombang Sebut Hj Munjidah Berpeluang Maju Kembali di Pilkada 2024

Terkait dana operasional, ia menjelaskan bahwa ada dana siap pakai (DSP) di pemerintah daerah yang bisa dialokasikan. Termasuk salah satunya untuk memberikan santunan kepada keluarga dan kegiatan trauma support ini. Ia juga mendorong para rektor di perguruan tinggi Malang untuk turut berkontribusi dalam rangkaian pendampingan psikologis tersebut agar lebih masif.

“Tak perlu kita melihat siapa yang duluan, siapa yang paling berkontribusi. Ini adalah bencana sosial yang sifatnya non-diskriminasi, maka semua harus ikut memberikan bantuan. Teman-teman juga bisa mengajak organisasi dan pihak lain untuk turut serta membantu dalam tragedi ini,” tegasnya pada perwakilan tim.