Pengaruh Multibahasa pada Kognisi Anak: Perspektif Belajar, Memori, dan Bahasa

Ilustrasi otak manusia mengeluarkan huruf yang menyusun bahasa
Sumber :
  • Picture from iStock

Dari perspektif sosial, multibahasa memberikan anak-anak kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda secara budaya. Hal tersebut dapat meningkatkan keterampilan sosial dan empati mereka, karena mereka harus memahami berbagai perspektif budaya yang tercermin dalam bahasa yang mereka gunakan. Anak-anak multibahasa seringkali menunjukkan kepekaan yang lebih besar terhadap nuansa sosial dan emosional dalam interaksi sehari-hari (Sun, 2019).

Anak Multibahasa pada Bidang Pendidikan

Pemahaman tentang pengaruh multibahasa pada kognisi anak memiliki implikasi yang luas dalam bidang pendidikan. Strategi pengajaran yang mendukung lingkungan multibahasa, seperti penggunaan pendekatan bilingual, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, penting bagi pendidik untuk menghindari stereotip bahwa anak-anak multibahasa akan menghadapi kesulitan belajar. Sebaliknya, mereka harus diberdayakan untuk memanfaatkan potensi kognitif dalam berbagai bidang akademik. Di sisi lain, peran keluarga dan masyarakat juga penting dalam mendukung perkembangan multibahasa anak. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang secara konsisten menggunakan lebih dari satu bahasa memiliki peluang lebih besar untuk memahami dan fasih pada bahasa-bahasa tersebut, yang pada akhirnya memperkuat kemampuan kognitif dan sosial mereka.

Kesimpulan 

Penguasaan multibahasa pada anak memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kognisi, khususnya dalam hal belajar, memori, dan bahasa. Dari perspektif biopsikologi, keunggulan tersebut merupakan hasil dari interaksi kompleks antara faktor biologis dan faktor psikologis. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme tersebut, masyarakat dan institusi pendidikan dapat mengadopsi pendekatan yang mendukung pengembangan multibahasa pada anak, sehingga membantu mereka menjadi individu yang lebih kompeten secara kognitif, sosial, dan linguistik.

Opini ini ditulis oleh Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya Malang, Rania Kahiila Hanif T.