Pengaruh Multibahasa pada Kognisi Anak: Perspektif Belajar, Memori, dan Bahasa
- Picture from iStock
Lebih jauh lagi, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak multibahasa memiliki daya tahan memori jangka panjang yang lebih baik dibandingkan anak-anak monolingual. Kemampuan untuk menggabungkan konsep dalam dua atau lebih bahasa memperkuat koneksi sinaptik di otak, serta meningkatkan efisiensi dalam penyimpanan informasi.
Namun, tantangan yang dihadapi anak-anak multibahasa adalah fenomena interferensi, di mana kata atau struktur dari satu bahasa dapat mempengaruhi bahasa lainnya. Meskipun begitu, otak multibahasa seringkali mampu mengatasi interferensi tersebut melalui mekanisme penghambatan (inhibition), yang pada akhirnya memperkuat kapasitas memori mereka (Teubner-Rhodes, 2020)
Perkembangan Bahasa dan Keunggulan Multibahasa
Dari perspektif linguistik, kemampuan anak multibahasa berkembang melalui proses alami yang disebut transfer bahasa, di mana pengetahuan bahasa pertama membantu akuisisi bahasa kedua atau bahasa lainnya. Secara biopsikologis, kemampuan tersebut didukung oleh neuroplastisitas otak, yaitu kemampuan otak untuk beradaptasi dan membentuk jalur baru berdasarkan pengalaman linguistik anak. Anak-anak multibahasa memiliki kemampuan untuk mengenali berbagai bahasa dengan lebih baik, yang memungkinkan mereka memiliki pengucapan yang lebih alami dalam bahasa baru (Levy & Hanulikova, 2023).
Meskipun demikian, beberapa kritik terhadap multibahasa mencakup kemungkinan keterlambatan bahasa pada tahap awal. Anak-anak yang belajar lebih dari satu bahasa mungkin menunjukkan kosa kata yang lebih terbatas dalam masing-masing bahasa dibandingkan anak monolingual. Namun, hal tersebut umumnya bersifat sementara dan tidak mempengaruhi kemampuan komunikasi secara keseluruhan. Penelitian menunjukkan bahwa pada akhirnya, anak-anak multibahasa mampu mengejar dan bahkan melampaui rekan monolingual mereka dalam hal kompleksitas linguistik (de Houwer, 2021).
Interaksi Biologis dan Sosial dalam Multibahasa
Dampak multibahasa pada anak juga melibatkan interaksi antara faktor biologis dan lingkungan sosial. Secara biologis, otak anak yang sedang berkembang menunjukkan plastisitas yang sangat tinggi, yang membuat mereka lebih mudah menguasai banyak bahasa dibandingkan orang dewasa. Sebagai contoh, area Broca di otak yang bertanggung jawab untuk pemrosesan bahasa lebih aktif pada anak multibahasa selama masa kanak-kanak awal (Nasios et al., 2019).