Tingkatkan Empati, Ngalup.Co Ajak Masyarakat Belajar Bahasa Isyarat
- istimewa
Malang – Berdasarkan hasil riset PBB pada tahun 2021, terdapat tujuh miliar penduduk dunia. Namun, 15 persen diantaranya adalah penyandang disabilitas.
Sementara, di Indonesia, terdapat 22,5 juta penyandang disabilitas. Menurut International Labour Organization (ILO), sekitar 82 persen dari penyandang disabilitas berada di negara-negara berkembang hidup di bawah garis kemiskinan dan kerap kali menghadapi keterbatasan akses atas kesehatan, pendidikan, pelatihan dan pekerjaan yang layak.
Namun, kekinian, di Indonesia, sudah ada beberapa fasilitas publik yang menyediakan tempat khusus untuk penyandang disabilitas. Mulai dari gedung pemerintahan, swasta hingga fasilitas umum lainnya.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyandang disabilitas untuk mendapatkan akses kesehatan, pendidikan dan lainnya.
Tak hanya itu, sejumlah kantor, baik kantor pemerintahan maupun swasta juga memiliki pekerja disabilitas. Salah satunya, yakni BEON Intermedia.
Menjawab tantangan tersebut, Ngalup Collaborative Network (Ngalup.co), berkolaborasi dengan Difalink dan Akar Tuli menggelar kegiatan bertajuk ISYARAT: Inklusivitas Tanpa Syarat, Rabu, 30 November 2022. Nantinya, akan ada dua kegiatan yang dilakukan, yakni Isyarat Talks, yang merupakan talkshow singkat terkait isu disabilitas.
"Dalam hal ini, kami akan membahas tentang overview kesetaraan dan aksesibilitas
penyandang disabilitas di Indonesia," terang CEO Ngalup.co, Andina Paramitha.
Kedua, yakni kegiatan Isyarat Bisindo Class, yang mengajak seluruh peserta dari berbagai usia untuk praktik bahasa isyarat secara langsung.
"Dalam sesi ini, peseta akan mempelajari percakapan dasar menggunakan bahasa isyarat," kata dia.
Perempuan yang akrab disapa Andien ini berharap, kegiatan tersebut bisa memberikan pengetahuan baru terkait langkah dan persiapan yang bisa dilakukan untuk mendukung kesetaraan dan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.
"Serta, memberikan insight dan meningkatkan kesadaran tentang disabilitas, menimbulkan rasa empati dan menghilangkan stigma terhadap penyandang disabilitas di Indonesia khususnya di Malang Raya," tandas dia.