Tragedi Kanjuruhan, Ada Dugaan Kejahatan Sistematis

Tragedi Kanjuruhan
Sumber :
  • Viva Malang

"Bahwa pada saat pertengahan babak kedua, terdapat mobilisasi sejumlah pasukan yang membawa gas air mata.  Padahal diketahui tidak ada ancaman atau potensi gangguan keamanan saat itu," kata Daniel Alexander dari LBH Surabaya Pos Malang kepada wartawan, Senin, 10 Oktober 2022.

 

Atar peristiwa itu, terdapat 70r korban, termasuk 131 orang meninggal dunia dan mengalami luka. Rata-rata, kondisi korban yang terluka mengalami gegar otak, luka memar bagian muka dan tubuhnya, ruam merah pada muka, hingga trauma yang berat akibat peristiwa kekerasan yang telah terjadi.

Tim menemukan fakta ketika pertandingan antara Arema FC kontra Persebaya selesai. Diketahui terdapat sejumlah suporter yang masuk ke dalam lapangan. Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang ada, suporter masuk lapangan hanya ingin memberikan dorongan motivasi dan memberikan dukungan moril kepada seluruh pemain. 

"Namun, hal tersebut direspon secara berlebihan dengan mengerahkan aparat keamanan dan kemudian terjadi tindak kekerasan. Hal inilah yang kemudian, para suporter lain ikut turun ke dalam lapangan bukan untuk melakukan penyerangan tetapi untuk menolong suporter lain yang mengalami tindak kekerasan dari aparat keamanan," ujar Daniel. 

Daniel menyebut, sebelum tindakan penembakan gas air mata, tidak ada upaya dari aparat keamanan untuk menggunakan kekuatan lain. Seperti kekuatan yang memiliki dampak pencegahan, perintah lisan atau suara peringatan hingga kendali tangan kosong lunak. 

"Padahal berdasarkan Perkap Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan, Polisi harus melalui tahap-tahap tertentu sebelum mengambil tahap penembakan gas air mata," tutur Daniel.