Di Ponpes Tebuireng, Ganjar Pranowo Beberkan Cara untuk Gaet Suara Kalangan Santri Muda

Ganjar Pranowo saat di kompleks pemakaman Ponpes Tebuireng
Sumber :
  • Elok Apriyanto / Jombang

Jombang, VIVA – Calon presiden nomor urut 03 Ganjar Pranowo melakukan kunjungan dan ziarah ke sejumlah pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Jumat, 12 Januari 2024, kemarin.

Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2025, Ada 18 Laka yang Terjadi di Jombang

Dalam kunjungan tersebut, Ganjar membeberkan cara untuk menggaet suara para santri dan santriwati muda, yang masuk pada golongan generasi Z.

"Anak muda itu perlu didengarkan, setelah kita bisa mendengarkan kita bisa memformulasikan keinginannya dia, setelah itu ajaklah terlibat," kata Ganjar Pranowo usai melakukan ziarah di makam Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Disenggol Pemotor, Emak-emak di Jombang Luka Berat Usai Tabrak Mobil

Ganjar menyebut para generasi muda, sebenarnya tidak ingin menjadi obyek, dari sebuah kebijakan, namun kalangan muda mudi, ingin terlibat secara langsung dalam proses pembuatan kebijakan.

"Sebenarnya mereka itu, ingin (terlibat). Mbok ya saya ini jangan hanya dijadikan obyek saja, tapi libatkan saya, sebenarnya begitu," ujar Ganjar

Gudang Produksi Krupuk di Jombang Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Untuk itu, di pasangan Ganjar-Mahfud terdapat tim pemenangan yang khusus untuk melakukan sosialisasi dan menyapa kalangan muda, baik generasi milenial, maupun generasi Z.

"Nah kenapa di Ganjar-Mahfud itu ada, tim pemenangan muda, dan itu khusus kita bikin. Dan itulah yang mengakomodasi, anak-anak muda, dan mereka semuanya akhirnya mau berperan," tutur Ganjar. 

"Karena itu saya senang, terharu dan bangga, karena mereka tunjukkan mulai sekarang banyak anak-anak berprestasi, ikut terlibat dan menterjemahkan gagasannya sendiri, dan ada beberapa yang mengkoreksi saya, itu sih yang membuat saya senang," tambah Ganjar.

Ganjar mengaku berbagai kalangan muda dari sekolah Islam, negeri maupun sekolah yang berkebutuhan khusus, mereka semuanya sama, ingin terlibat dalam proses tersebut.

"Mau yang sekolah di umum, sekolah yang berkebutuhan khusus, rata-rata semuanya sama, maunya itu (terlibat dalam proses kebijakan). Dan kemarin waktu saya di Tegal, saya tanya santri-santri itu pingin jadi apa, tentara, polisi, dokter, psikolog, terus saya tanya lah yang jadi pak kiai dan Bu nyai siapa terusan, mereka jawab, ya nanti otomatis pak, gitu. Jadi spiritnya anak-anak ini sudah punya pilihan," ujar Ganjar.