Asosiasi Desa di Kota Batu Gelar Haul Mbah Mbatu, Begini Tujuannya
- Viva Malang/Galih Rakasiwi
Kemudian, Ketua Asosiasi Petinggi dan Lurah (APEL) Kota Batu, Wiweko menyampaikan bila Haul ini baru pertama kali digelar, harapannya ke depan bisa menjadi agenda rutin setiap tahun.
"Haul ini sangat penting digelar agar warga Kota Batu tahu dan ingat cikal bakal mereka. Kami seluruh kepala desa mensuport kegiatan ini sebagai wujud uri-uri budaya dan budaya warisan leluhur. Paling penting agar para generasi muda tahu sejarah," tuturnya.
Perlu diketahui, kompleks makam Mbah Mbatu cukup terkenal di masyarakat karena menyimpan empat jasad leluhur yang dipercaya sebagai tokoh babat alas atau pendiri Kota Batu.
Pada awalnya makam tersebut dikenal dengan sebutan Mbah Wastu atau Mbah Tuwo. Seiring perjalanan waktu nama itu berubah (disingkat) menjadi Mbatu atau Batu. Nama inilah yang kelak menjadi nama wilayah itu hingga sekarang.
Hampir setiap hari makam Mbah Batu menjadi jujukan para peziarah dari Kota Batu maupun luar kota. Lama kelamaan tempat ini berkembang menjadi kawasan wisata religi yang dikelola pemerintah daerah.
Di dalamnya terdapat makam para leluhur yakni Dewi Condro Asmoro (Mbah Tu), Syekh Abul Ghonaim (Pangeran Rojoyo), Dewi Mutmainah, dan Kiai Naim. Masing-masing komplek makam ini diberi pagar pembatas dan kelambu putih.
Untuk memfasilitasi peziarah, disediakan tempat beribadah secara khusus. Selain membaca bacaan doa, para peziarah juga kerap membakar dupa sebagai simbol kepercayaan masyarakat Jawa.