Unik, Ini Cara Warga di Jombang Dapatkan Air Bersih saat Kemarau

Warga saat memompa pipa paralon air.
Sumber :
  • Elok Apriyanto / Jombang

Jombang, VIVA – Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), diperkirakan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Juli-Agustus 2023.

Perjuangan Pelajar SD Negeri di Jombang Tempuh Jarak Belasan Kilometer Demi Ikuti ANBK

Kondisi pada puncak kemarau seperti saat ini, membuat masyarakat melakukan beragam cara untuk mendapatkan air bersih.

Seperti yang dilakukan oleh Meikasari (27 tahun) salah satu warga di Dusun Marmoyo, Desa Marmoyo, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.

Sumrambah Kunjungi IKM di Jombang yang Tembus Pasar Eropa

Untuk mendapatkan air bersih, warga biasanya memompa air yang ada di dalam pipa paralon yang terhubung dengan mesin pompa air mereka.

Hal ini dilakukan agar, debit air yang mulai surut bisa tersedot ke atas pipa paralon yang terhubung dengan mesin pompa air.

Imbas Rehab Gedung Banyak Orangtua Enggan Sekolahan Anak di SDN Kepuhkembeng 3 Jombang

Ia mengaku sudah sejak bulan Mei debit air di Desanya, mulai surut. Dan pompa air yang terpasang kurang berfungsi secara maksimal.

"Kesulitan air di daerah saya ini sudah tiga bulan lebih mas. Air itu diperoleh dari depan rumah (pengeboran pompa air). Tapi sejak kemarau habis gak ada air," katanya, Kamis, 10 Agustus 2023.

Saat ditanya bagaimana caranya untuk mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dia mengaku caranya untuk mendapatkan air yakni, dengan cara memompa pipa paralon air yang terhubung dengan mesin pompa air di rumahnya.

"Ya kayak tadi, mompa air. Kalau gak mompa air ya gak dapat air. Dan kalau gak menggunakan sanyo (mesin pompa air) ya sulit keluar airnya mas. Ya mesin sanyonya dinayalain, terus dipompa mas, biar keluar airnya," ujarnya.

Ia mengaku selama musim kemarau cara ini adalah cara satu-satunya yang dilakukannya untuk mendapatkan air bersih. 

Bahkan, jika kemarau berlangsung hingga bulan Oktober nanti. Pihaknya mengaku warga akan tetap memompa pipa paralon air yang terhubung dengan mesin pompa air sampai akhir musim kemarau.

"Ya sampai habis kemarau memompanya itu. Biasanya pada bulan 9 (September) sama bulan 10 (Oktober) itu paling parah kemaraunya. Dan cara ini masih tetap bisa digunakan," tuturnya.

Meikasari mengaku hanya dengan cara itu, warga pada umumnya memenuhi kebutuhan air bersih.

"Ya mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, tapi ya tenaganya itu. Biasanya air ini untuk mandi, memberi minum sapi, kambing, terus sama untuk kebutuhan dapur, insyaallah cukup," kata Meikasari.

Dengan kondisi ini, ia berharap ada bantuan dari pemerintah. Meski ia merasa bingung bagaimana cara meminta bantuan pada pemerintah.

"Ya mengharapkan bantuan, tapi kami sebagai masyarakat kecil. Gimana ya kalau mau mengajukan. Kan kita gak bisa ke sana (pemerintah). Ya semoga aja ada bantuan apa saja lah di Desa kami," ujarnya.

Saat ditanya bagaimana cara memenuhi kebutuhan air bersih, jika air yang ada di depan rumah sudah tidak bisa dipompa airnya.

Ia mengaku jika kondisi seperti itu, warga biasanya hanya bergantung bantuan air bersih dari luar.

"Kalau kemaraunya lama, ya ngantri bantuan dari PAM airnya. Karena kalau kemaraunya panjang ya airnya habis, tidak bisa keluar air," tuturnya.

Namun, demikian ada beberapa sumur bor warga yang tetap bisa keluar airnya. Tapi harus dilakukan penambahan pipa paralon air sedalam 50 meter lebih ke dalam tanah.

"Persediaan airnya masih panjang mas, bisa digunakan cuman harus nambah pipa paralon terus, soalnya (debit) air (tanah) kan menyusut-menyusut. Jadi kalau ditambah pipa paralonnya semakin panjang dan semakin dapat airnya, gitu," katanya.

"Itu pipa paralonnya sekitar 40 meter. Tapi kalau kemarau panjang bisa sampai 50 meter keatas," ujarnya.