Bocah 6 Tahun di Malang Meninggal Dunia, Diduga Karena Malpraktik
- Viva Malang/Galih Rakasiwi
"Waktu itu saya panik dan berteriak bagaimana ini dok? Alasan saya teriak karena kesannya dokter atau nakes yang bertugas membiarkan putra saja kejang-kejang, tidak langsung merespon. Bahkan beralasan akan mengambil alat, tapi tidak kunjung ada penangganan," tutur Imam.
Kepanikan Imam semakin memuncak saat dia mengetahui detak jantung putranya berhenti dan dinyatakan meninggal dunia. Kesedihan menyelimuti Imam dan keluarga pada malam itu. Imam pun langsung menanyakan ke nakes yang bertugas.
"Karena panik saya kembali bertanya, tadi anak saya kamu suntik apa? Nakes itu menjawab katanya hanya diberi suntik obat lambung. Jadi putra saya tak bawa ke RS jam 23.30 dan malam pada Rabu pukul 00.30 WIB meninggal dunia, sekitar 2 jam di rumah sakit," katanya.
Pada pagi harinya dengan rasa duka yang mendalam Imam membawa jenazah putranya ke rumah duka dan memakamkan di TPU setempat. Selain itu Imam meminta penjelasan penyebab kematian anaknya melalui rekam medis.
"Tapi hasil dari rekam medis tidak sesuai dengan jam, contohnya waktu anak saya kejang setelah diberi suntikan obat itu memiliki jeda waktu hanya 5 menit, tapi di rekam medis 20 menit. Itu yang membuat saya tidak puas dan meminta rekam medis direvisi," katanya.
Dia merasa ada yang janggal. Hal itu diperkuat saat dirinya meminta rekaman CCTV. Namun pihak RS mengaku jika CCTV tidak aktif atau dalam keadaan mati. Hal itu membuat pihak keluarga korban semakin curiga dan menganggap ada sesuatu yang tidak beres.
"Saya hanya ingin fakta sebenarnya kenapa putra saya meninggal dunia. Tapi kok berbelit-belit, rekam medis tak sesuai jam dan CCTV mati. Harapan saya dinas terkait maupun pemerintah mengaudit kinerja rumah sakit agar lebih profesional menjalankan SOP," tuturnya.