Pesan Rhenald Kasali pada Mahasiswa : Jangan Jadi Generasi Toxic
- Humas UMM.
Malang – Prof Rhenald Kasali mengatakan, pada era ini anak muda yang memiliki skill mumpuni namun tidak tahan banting dan mudah menyerah. Dia mendorong anak-anak muda untuk tidak menjadi pribadi yang toxic dan mampu memanfaatkan kemajuan zaman.
Saat memberikan motivasi pada 7.500 mahasiswa dalam Pengenalan Studi Mahasiswa Baru (Pesmaba) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis 15 September 2022 dia menjelaskan, situasi yang sedang terjadi di dunia saat ini. Bumi yang ditinggali manusia semakin padat, bahkan pada November 2022 mendatang jumlah manusia bertambah dari 7,9 miliar menjadi 8 miliar. Cina, yang sebelumnya menjadi negara dengan penduduk terbanyak akan disalip oleh India.
“Pusat teknologi juga akan bergeser ke India. Saat ini mereka telah memiliki satelit sendiri hingga meluncurkan roket ke orbit Mars untuk melakukan misi. Kenapa? Karena dengan jumlah manusia yang semakin banyak, suhu bumi akan naik dan mencairkan salju sehingga menenggelamkan banyak pulau. Maka untuk mengakomodir manusia yang semakin banyak, negara-negara melakukan dua proyek besar yakni escape ke metaverse dan escape ke Mars,” kata Rhenald.
Rhenald mengatakan, dalam menghadapi dunia metaverse dan artificial yang semakin maju, sumber daya manusia yang cakap diperlukan. Terutama yang menguasai bidang-bidang masa depan. Maka, ia sangat mengapresiasi program Center for Future of Work (CFW) yang digagas dan dijalankan oleh UMM.
"Banyak orang yang berpikirnya terbatas pada current (saat ini) saja, tapi hanya segelintir yang melihat masa depan. Dan UMM menjadi salah satu yang melahirkan generasi dengan skill masa depan,” ujar guru besar bidang manajemen ini.
Penulis buku ‘Change’ itu juga mendorong mahasiswa untuk tidak menjadi generasi strawberry yang toxic. Generasi yang meski punya kecakapan tapi mentalnya rapuh.
Dia bahkan menyebutkan sepuluh kata toxic yang seringkali digunakan anak-anak muda sebagai alasan. Ada kata cuan, passion, insecurity, quarter life crisis, hustle culture, hingga toxic work place. Pun dengan passive income, financial freedom, smart work serta priviledge.