Inspiratif Warga Kedungkandang Kota Malang Kumpulkan Sampah Untuk Santuni Yatim Piatu
- Viva Malang/Uki Rama
Malang, VIVA – Warga RT 07 RW 3 Kedungkandang, Kota Malang memiliki cara unik dalam melestarikan lingkungan sekitar. Warga secara kolektif mengumpulkan sampah plastik untuk dipilah kemudian dijual dijadikan uang.
Berbeda dengan Bank Sampah pada umumnya yang memiliki nilai ekonomis bagi para penabung sampah. Di Tempe Barokah akronim dari Tempat Pemilah Sampah Barokah. Hasil pengumpulan sampah yang dijual digunakan untuk menyantuni anak yatim piatu dan kaum duafa.
Ketua Tempe Barokah, Susiana Ita mengatakan, dalam setahun warga bisa menghasilkan sampah plastik dan sampah rumah tangga sekitar 3,5 ton. Sampah yang dikumpulkan dari warga ini dipilah oleh sekitar 20 relawan yang mayoritas berasal dari RT 07 RW 3 Kedungkandang.
"Kami ingin menjadi virus bahwa sampah plastik ini memiliki nilai ekonomisnya. Sampah-sampah dari rumah tangga ini dikumpulkan dari sedekah warga yang ada disini. Hasil pengumpulan di jual. Nanti uangnya diserahlan ke yatim piatu, dan duafa, beserta petugas kebersihan," kata Ita, Minggu, 13 Agustus 2023.
Ita menuturkan, warga di RT 07 RW 03 Kedungkandang memiliki moto pantang pulang tanpa membawa sampah. Warga yang resah dengan banyaknya sampah berserakan akhirnya kini memiliki kebiasaan baru untuk memungut, menyortir lalu bersedekah melalui Tempe Barokah.
"Kita punya komunal bagi mereka yang tidak sempat ke Bank Sampah kita taruh komunal. Setiap Jumat di kirim ke Tempe Barokah. Perbedaan mencolok sampah tadinya keleleran sekarang tidak ada. Jadi simpel saja awalnya keresahan kita tentang sampah plastik," ujar Ita.
Tempe Barokah berdiri pada 14 Agustus 2022 lalu. Setiap tahun mereka memberikan santunan kepada yatim piatu, duafa, beserta petugas kebersihan. Tahun lalu sebanyak 22 orang mereka beri santunan. Tahun ini 11 orang yang mereka beri santunan. Besarnya jumlah santunan dan orang yang menerima tergantung sampah yang disedekahkan warga.
"Ini murni hasil pemilahan sampah disetor 100 persen ke fakir miskin. Makanya kami mengambil istilah sedekah sampah. Kami berharap virus ini menyebar tidak hanya di daerah kami, ini juga bisa jadi pilot project nasional," tutur Ita.
Sementara itu, Ketua RT 07 RW 03 Kedungkandang Hadi prayitno (53 tahun) mengakui bahwa semangat warga cukup tinggi dalam melakukan sedekah sampah. Bahkan, ada salah satu warga yang merelakan tanahnya dijadikan bank sampah Tempe Barokah.
Di tempat berukuran sekir 5 kali 6 meter inilah warga mengumpulkan sampah dan memilah untuk dijadikan uang donasi ke warga yang membutuhkan. Warga disini juga sepakat bahwa keuntungan bank sampah disumbangkan 100 persen ke fakir miskin.
"Kita pinjam lahan warga untuk bank sampahnya. Kenapa harus didonasikan, karena bank sampah itu biasanya warga mengumpulkan banyak hasilnya tidak sebanding. Lalu bagaimana jika hasil yang tidak sebanding ini kita donasikan saja. Dan allhamdulilah masyarakat guyub semua menerima karena manfaatnya juga untuk warga," kata Hadi Prayitno.
Semangat positif lainnya, adalah warga ingin mengurangi beban dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada di Kota Malang. Sebab, hampir setiap tahun voltase sampah di TPA selalu mengalami peningkatan tentu hal ini berdampak pada lingkungan.
"Apa yang kami lakukan sedikit banyak mengurangi beban TPA. Kami juga berusaha menyelamatkan lingkungan. Daripada sampah ini dibuang dan tercecer kami ajak warga untuk bersedekah," ujar Hadi Prayitno.