Filosofi Di Balik Njenang Bareng Warga Desa Tulungrejo Kota Batu

Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai saat njenang bareng
Sumber :
  • Viva Malang/Galih Rakasiwi

Batu, VIVA – Ratusan masyarakat Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu semangat mengaduk adonan di wajan berukuran besar saat 'Njenang Bareng' di Lapangan Translok dalam rangka Metri Bumi, Minggu, 6 Agustus 2023.

Pameran Tunggal 'Tamasya' Karya Totarist Sosial Merbawani

Njenang Bareng ini menjadi tradisi yang selalu dilakukan warga untuk menjaga kesatuan dan persatuan serta keguyuban di desa. 

Kepala Desa Tulungrejo, Suliono mengatakan ada ratusan warga dari 18 RW yang berasal dari 5 dusun mengikuti Njenang Bareng dengan cara mengaduk secara bergantian. Mereka mengaduknya di atas wajan berukuran 1,35 meter yang ditaruh di atas pawonan, sebuah kompor yang terbuat dari tanah berbahan bakar kayu.

Pameran Tunggal 'Tamasya' Karya Totarist Sosial Merbawani di Kota Batu

"Setiap wajan membuat 200 kilogram jenang, setiap warga dengan kompak bergantian mengaduk adonan hingga jadi jenang berbahan tepung beras, tepung ketan, gula jawa, kelapa serta jahe," katanya.

Ngudek jenang dalam bahasa Indonesia berarti mengaduk jenang merupakan tradisi masyarakat Desa Tulungrejo dahulu kala. Tradisi ini selalu dilakukan saat ada hajatan pernikahan atau saat merayakan hari raya.

Tegas, Pj Wali Kota Batu Evaluasi Serapan Anggaran Rendah 10 OPD

"Ada filosofi dari ngudek jenang ini yakni seberat-berat mengaduk jenang akan menjadi ringan kalau dilakukan secara bersama dan bergantian. Dari situlah terciptanya guyub," tuturnya.

Jenang yang sudah masak ini akan dibungkus dengan daun pisang, kemudian dibagikan kepada semua warga untuk disantap bersama.

"Jenang bukan sekedar makanan khas yang digemari rakyat Tanah Jawa, tetapi jenang juga memiliki filosofi dan simbol yang diyakini sebagai doa, persatuan, harapan dan semangat," katanya.

Sementara itu, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai berharap tradisi Njenang Bareng terus dilestarikan untuk semangat kekompakan dan persatuan masyarakat di desa.

"Saya baru pertama kali mengikuti, kegiatan ini mewujudkan gotong royong dan kebersamaan masyarakat. Tradisi bagus yang mengedepankan jiwa gotong-royong dan kebersamaan harus terus dilestarikan," katanya.

Tujuannya untuk membangun semangat kebersamaan dan kegotong- royongan. Sebab ngudek jenang tidaklah mudah sehingga betul-betul diperlukan gotong-royong dan kebersamaan sehingga hasilnya bagus dan enak dimakan. 

"Ternyata berat juga, kalau tidak dilakukan bareng-bareng hasilnya tidak akan bagus dan enak," tuturnya.

Perlu diketahui sebelum Njenang Bareng, acara diawali dengan senam dan jalan sehat keliling wilayah Desa Tulungrejo oleh ribuan masyarakat. Acara semakin meriah karena ada bazaar UMKM.