Warga di Sanan Malang Bangun Rumah Menyerupai Klenteng Umat Konghucu

Rumah dengan arsitektur China di Malang
Sumber :
  • Viva Malang

Malang – Sepintas warga yang melewati rumah milik Norhasim (66 tahun) pasti mengira bahwa bangunan bertuliskan rumah China itu adalah Klenteng. Maklum saja rumah di Jalan Sanan, gang 11, Kota Malang ini bermotif merah dan kuning serta dipenuhi ornamen khas bangunan sebuah Klenteng. 

Wabup Malang Didik Gatot Subroto Ambil Formulir ke DPC PDIP Batu, Besok Kris Dayanti

Norhasim menuturkan, bahwa cita-cita mengubah bangunan menyerupai Klenteng ini sejak tahun 1992. Saat itu dimulai dari mengumpulkan buku bekas tentang Negeri Tirai Bambu. Berawal dari situlah dia ingin mengubah rumahnya seperti bangunan di Negeri China. 

"Tahun 2000 akhirnya saya mulai ngebet (ingin). Dan baru bisa terlaksana 2006. Ini saya cat full seperti Klenteng selama 8 bulan. Kalau mencicil ornamen mulai 1992," kata Norhasim, Rabu, 18 Januari 2023.

Buka Program ESG, ISA Dukung Universitas Sanata Dharma dan Interlink

Pria dengan 4 anak dan 6 cucu ini sangat ingin rumahnya bermotif Klenteng. Alasan dia menyukai seni China karena dia menganggap kebudayaan Negeri Tirai Bambu ini memiliki seni yang indah. 

Mulai dari pintu, jendela, tembok luar hingga halaman ruang tamu di cat bermotif Klenteng bahkan terpasang sejumlah patung naga di rumah ini. Ada sejumlah gambar-gambar khas Tiongkok. Bahkan hal serupa menyebar hingga rumah lain milik tetangga Norhasim. 

Di Momen Halalbihalal BNPM Tegaskan Komitmen Bersinergi Dengan Pemerintah

"Unik dan nyeleneh sudah itu saja kepingin saya. Pada 2006 itu selama 8 bulan saya kerjakan sendiri siang dan malam. Jadi saya cetak gambar dulu motifnya bagaimana terus saya cat serupa dengan itu. Dan jadinya seperti ini, menyerupai Klenteng," ujar Norhasim. 

Rumah ini sudah ditempati oleh Norhasim sejak 1978. Awalnya rumah ini terbuat dari bambu. Perlahan mulai dibangun permanen dengan dua lantai di tahun 1980 an. Baru memasuki tahun 2006 rumah berubah total berkonsep Klenteng atau rumah ibadah China. 

"Itu ada tulisana Hanacaraka dan China yang artinya rumah ibadah di bagian depan rumah. Saya tulisi begitu saja tapi ini bukan rumah ibadah. Ini rumah saya sendiri dan kami semua muslim beragama islam. Jadi murni karena seni," tutur Norhasim. 

Norhasim yang merupakan pengerajin tempe sejak 1976 ini mengaku mendapat dukungan dari keluarga untuk mengekspresikan jiwa seninya. Semua keluarga mendukung Norhasim menghias rumah bak Klenteng. 

Bahkan sejak tahun 2008 rumahnya sering jadi jujukan wisatawan untuk sekedar melihat keunikan rumahnya. Rumah milik Norhasim ini juga pernah dikunjungi wisatawan mancanegera terutama dari China dan Jepang saat pandemi COVID-19 belum melanda dunia. 

"Banyak bule (wisatawan mancanegara) ke sini. Banyak orang-orang China, orang Jepang ke sini sebelum pandemi. Sekarang ini mulai ke sini lagi, foto-fotoan kalau ke sini. Di luar itu anak-anak muda sering ada juga dari perguruan tinggi," kata Norhasim. 

Norhasim mengatakan, bahwa progres pembangunan rumahnya ternyata belum rampung. Dia akan terus menambah ornamen dan mencat bagian dalam rumah hingga 100 persen menyerupai Klenteng. Alasannya sederhana, dia suka dengan warna merah dan budaya China. 

"Warnanya yang bikin saya senang, tertarik klenteng makanya munculnya langsung tak hubungkan dengan China yasudah saya langsung senang. Ini akan saya lanjutkan terus, karena ini masih 80 persen. Dan akan saya remajakan terutama cat ini beberapa ada yang perlu diperbarui," ujar Norhasim.