Pentingnya Literasi Digital Masyarakat di Era Internet

AJI Malang gelar pelatihan digital di Kota Malang
Sumber :
  • Istimewa

Malang – Merujuk hasil penelitian Katadata Insight Centre dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika tentang indek digital Indonesia 2021 menyebutkan, Indonesia berada di level sedang dengan niai 3,49 dari nilai maksimum 5,00.

Buka Program ESG, ISA Dukung Universitas Sanata Dharma dan Interlink

Di tengah tingginya sebaran informasi di era internet mengakibatkan orang semakin sering menerima pesan. Tetapi kemudahan dan kecepatan informasi ini tidak diimbangi dengan literasi digital yang baik di Indonesia.

Dalam upaya meningkatkan literasi digital yang lebih baik, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerjasama dengan Google News Initiative menyelenggarakan pelatihan digital di Kota Malang. Ketua AJI Malang, M Zainuddin menyatakan, pelatihan tersebut diikuti oleh para dosen dan jurnalis.

Di Momen Halalbihalal BNPM Tegaskan Komitmen Bersinergi Dengan Pemerintah

"Agenda AJI Indonesia ini diselenggarakan di 10 kota, termasuk Kota Malang. Usai pelatihan, kami berharap para dosen dan jurnalis dapat lebih kritis menangkap informasi yang ia dapat," ujarnya, Sabtu 26 November 2022. 

Menurut Zainuddin, karakteristik netizen telah berubah di era internet saat ini. Warga yang awalnya pasif menerima informasi, berubah menjadi produsen informasi. Banyak sekali kasus video viral yang diunggah oleh warga. Bahkan banyak dari video tersebut menjadi sumber berita.

Hilang Kendali Pasutri Alami Laka Maut di Pujon

"Sehingga di era modern ini, masyarakat harus cerdas memilih media untuk rujukan informasi," ujarnya.

Menurut Zainuddin, edukasi tentang cek fakta dan literasi digital menjadi salah satu solusi untuk mematahkan arus informasi bohon ke publik. Para dosen dan jurnalis didorong mampu berpikir kritis dan cakap menggunakan media sosial.

"Penelitian We Are Social Hootsuite mencatat, ada 204,7 juta pengguna internet di Indonesia. Dari jumlah itu, 191,4 juta di antaranya merupakan pengguna media sosial aktif. Kabar bohong atau hoaks kerap berkelindan di media sosial," katanya.

Penelitian Katadata Insight Centre dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika melaporkan, 73 persen masyarakat paling banyak mencari informasi di media sosial. 22,4 persen respopnden menilai media sosial sebagai sumber informasi yang paling dipercaya. 47 persen lainnya menyebutkan bahwa informasi di televisi sebagai sumber terpercaya.

Novenda Kartika Putrianto, dosen dari Prodi Teknik Universitas Ma Chung mengungkapkan meskipun dirinya bukan berasal dari disiplin ilmu komunikasi, literasi digital sangat penting dipelajari. Menurutnya literasi digital tidak hanya untuk kalangan tertentu saja, justru harus diedukasikan kepada semua pihak.

"Buat saya yang jauh dari komunikasi, saya belajar dari nol tapi saya mendapat pengetahuan lengkap bagaimana dunia jurnalisme, bagaimana menghadapi informasi hoaks yang dapat merusak harmonisasi masyarakat," tuturnya.

Novenda mengaku pernah menjadi korban informasi hoaks. Jika informasi hoaks tersebut bernuansa sensitif, maka akan berpotensi memicu stabilitas. Menurutnya, jika ia menerima informasi hoaks yang tidak sensitif, cukup diabaikan saja.

"Kita tidak bisa menerima informasi mentah-mentah. Mungkin materi tentang itu juga akan dimasukan ke dalam mata kuliah di Teknik Industri. Seperti ada yang namanya mata kuliah pkologi industri," katanya. 

Pelatihan literasi digital tersebut menghadirkan dua pemateri yang tersertifikasi Google News Initiative. Pelatihan berlangsung selama dua hari dengan dihadiri 28 peserta.