Aremania Ungkap Rekam Medis Berbeda Antar RS Korban Tragedi Kanjuruhan

Tim Gabungan Aremania, Anjar Nawan Yusky menunjukan hasil rekam medis
Sumber :
  • Viva Malang

Malang – Divisi Hukum Tim Gabungan Aremania, Anjar Nawan Yusky mengatakan, laporan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin oleh Menko Polhukam Mahfud MD atas Tragedi Kanjuruhan sebagian besar telah mewakili Aremania.

Geliat Bisnis Dekorasi di Jombang Raup Cuan Belasan Juta Rupiah

Kini, kepada polisi mereka mendesak agar dilakukan autopsi atas semua korban luka dan meninggal dalam tragedi ini. Dengan begitu akan diketahui secara pasti sebab korban meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu. 

"Yang sudah di akomodir adalah rencana autopsi tapi bagaimana dengan korban luka. Sampai saat ini tim gabungan belum mendapat informasi yang pasti informasi yang jelas saudara kita yang dirawat di rumah sakit maupun yang di jalan apa penyebabnya," kata Anjar. 

Pipa PDAM Kota Malang Jebol 3 Ribu Sambungan Rumah Terdampak

Di sisi lain temuan tim Gabungan Aremania korban luka dan korban trauma psikis belum disentuh dan direkomendasikan oleh siapapun. Menurutnya, dalam perspektif penegakan hukum tidak bisa penyidikan hanya fokus pada korban jiwa saja. Karena ada korban luka yang perlu dicari tahu penyebab lukanya. 

"Kami perlu mencari penyebabnya apa, yang terjadi selama ini temuan kami adalah hasil rekam medis salah satu korban ke kami. Disebutkan mata merah akibat terinjak-injak. Sementara area wajah dan mata tidak terinjak sama sekali atau terluka. Dari situ muncul kecurigaan kami," ujar Anjar.  

16 Karang Taruna di Malang Sukses Bangun Potensi Desa Lewat Ramadan Heppiii

Bahkan yang membuat janggal ada temuan rekam medis yang berbeda dari rumah sakit tempat korban dirawat dan layanan kesehatan swasta tempat mereka melakukan pengecekan korban Tragedi Kanjuruhan. Hal ini menimbulkan kecurigaan oleh Tim Gabungan Aremania bahwa ada sesuatu yang sedang ditutupi. 

Sebab diagnosa oleh dokter independen dampak gas air mata yang dirasakan Aremania lebih berbahaya ketimbang diagnosa rumah sakit yang ditunjuk pemerintah dalam penanganan korban tragedi Kanjuruhan. 

Halaman Selanjutnya
img_title