GM FKPPI Jatim Sesalkan Data Korban Tragedi Kanjuruhan Simpang Siur

Ketua GM FKPPI Jatim, Ir R Agoes Soerjanto.
Sumber :
  • Istimewa

Malang – Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri (GM FKPPI) Jatim, menyesalkan tidak adanya sinkronisasi data korban tragedi sangat memilukan di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu, 1 Oktober 2022. 

Mas Dion, Kader Militan PKB Mantap Maju Cabup Pasuruan 2024

"Sebab antara pejabat satu dengan pejabat lainnya, data yang disampaikan semuanya berbeda. Padahal pejabat yang menyampaikan itu dinilai sangat kompeten untuk menjadi rujukan. Sehingga menimbulkan kesimpangsiuran di masyarakat," kata Ketua Pengurus Daerah XIII GM FKPPI Jatim, Ir R Agoes Soerjanto, Senin, 3 Oktober 2022. 

Seperti yang diungkapkan Presiden Joko Widodo dia menyebut, jumlah korban sebanyak 129 orang meninggal dunia. Jumlah ini berbeda dengan yang disampaikan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo yang memastikan korban meninggal sebanyak 125 orang pada Minggu, 3 Oktober 2022 malam. 

Live Streaming Indonesia U23 vs Uzbekistan U23 di RCTI dan Vision+

Kemudian Wagub Jatim Emil Darda awalnya menyebut korban mencapai 174 orang, merujuk data yang didapat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim. Namun akhirnya dikoreksi menjadi 131 orang.

Jumlah berbeda lagi disampaikan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, yang menyebut jumlah korban meninggal dunia sebanyak 182 orang. Jumlah tersebut belum termasuk jumlah korban luka-luka, baik ringan maupun berat.

KONI, Dindik, dan DPRD Gelar Hearing Persiapan Porprov 2025, Ini Pembahasannya

Menanggapi jumlah korban yang berbeda-beda itu, Agoes Soerjanto, sangat menyesalkan hal tersebut. Sebab kondisi itu bisa menjadi penyebab munculnya hoax di masyarakat.

"Kejadian ini sangat memilukan. Memantik empati luar biasa. Tidak hanya mendapat perhatian dari dalam negeri, tapi juga dunia internasional. Sangat disayangkan jika data yang disampaikan berbeda-beda," ujar Agoes. 

Menurut dia, pemerintah harus segera membuat lembaga khusus yang menjadi rujukan data yang akan dikeluarkan. Pencatatan data terpusat ini penting, agar tidak semua orang bisa menyampaikan data sesuai yang ia dapat, sehingga akhirnya data yang disampaikan berbeda satu dengan yang lainnya.

"Setelah kejadian ini, banyak instansi yang ingin memberikan bantuan. Namun dengan simpang siurnya data, bagaimana bantuan itu bisa tersalurkan dengan tepat?. Jadi harus ada data yang akuntabel by name by address, yang dikeluarkan lembaga resmi," tutur Agoes. 

Sementara itu, Sekretaris GM FKPPI Jatim, Didik Prasetiyono menambahkan, berbicara korban tidak hanya yang meninggal dunia saja. Tapi juga korban yang selamat, baik yang luka ringan, luka berat dan yang mengalami depresi dan trauma. Sebab yang datang ke stadion juga banyak dari kalangan ibu-ibu, anak-anak bahkan balita.

"Mereka yang selamat juga harus mendapat perhatian. Bagi yang sedang dirawat di rumah sakit jelas, Gubernur Jatim Bu Khofifah dan Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana, menyatakan akan menanggung biaya pengobatan," kata Didik.

Dia meminta korban yang selamat yang mengalami depresi dan trauma juga harus mendapat perhatian. Harus ada yang memberikan trauma healing dan bantuan psikolog kepada mereka. Sebab yang mengalami depresi dan trauma juga termasuk korban.

"Trauma itu pasti. Apalagi ada ibu-ibu dan anak-anak kecil disana. Mereka bisa selamat, tapi mungkin seumur hidup akan mengalami trauma. Bisa jadi mereka akan membenci sepakbola. Jadi mereka harus mendapatkan pendampingan psikologi. Jangan sampai karena selamat secara fisik, mereka diabaikan," ujar Didik. 

GM FKPPI merasa sangat prihatin dan berduka sangat mendalam. Semoga kejadian ini bisa menjadi pembelajaran semua pihak. Bahwa tidak ada kemenangan dalam sepakbola yang seharga nyawa.

“Kami berdoa, semoga semua keluarga yang menjadi korban diberikan ketabahan, kesabaran serta kekuatan lahir dan batin. Bagi korban meninggal dunia, semoga almarhum dan almarhumah mendapat tempat mulia disisi-NYA,” tutur Didik.