Kisah Cak Nur, Mantan Penyapu Hotel hingga Pekerja Honorer Kini Menatap Balai Kota
- VIVA Malang (Galih Rakasiwi)
"Tahun 2009 adalah masa sulit bagi PKB Kota Batu, tidak ada satu pun kursi legislatif yang diraih pada Pemilu saat itu, dan kondisi partai bisa diibaratkan sebagai perahu rusak yang hampir karam," kenangnya.
Namun, DPW PKB Jawa Timur melihat potensi besar dalam diri Cak Nur, yang dinilai aktif, loyal, dan totalitas dalam bekerja. Atas dasar itulah, pada tahun 2010, ia ditunjuk untuk memimpin DPC PKB Batu di masa transisi yang penuh tantangan. Masa itu sangat sulit, PKB seperti kapal rusak yang karam di laut. Tidak mungkin mundur dan harus terus maju.
Dirinya diharuskan berfikir agar kapal bisa kembali utuh lagi dan minimal bisa menepi ke pantai, kenangan itu masih nampak jelas dipikirannya. Dengan semangat pantang menyerah, ia mulai merumuskan strategi untuk menyelamatkan partai dari kehancuran.
"Langkah pertama yang saya ambil dengan menjalin komunikasi yang intensif dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar partai. Bagi saya menjaga keharmonisan dan kondisi kondusif di internal partai sangat penting. Pemimpin harus bisa mengalah demi kemajuan semua pihak dan bisa menekan ego," ujarnya.
Selain itu, dirinya selalu berusaha terbuka dalam menjalankan roda kepemimpinan, menjaga agar tidak ada pihak yang merasa sakit hati.
"Karena kalau ada yang tersinggung, partai tidak akan solid,” ujarnya.
Salah satu bukti nyata dedikasi Cak Nur adalah ketika ia rela bekerja sendiri, termasuk mengetik surat-surat dan dokumen partai.